Page 18 - Jalur Rempah.indd
P. 18
8 REMPAH, JALUR REMPAH DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA
kulit dari buah lada yang matang. Lada putih lebih disukai di negara-negara
tertentu dan juga oleh kalangan elit karena warnanya yang terkesan lebih
bersih. Lada putih dihasilkan dengan cara merendam buah lada matang di
dalam air untuk beberapa hari, menggosok buah yang sudah direndam untuk
melepaskan kulit buah, mencucinya kembali dan kemudian mengeringkannya.
Kepulauan Indonesia telah lama dikenal sebagai penghasil lada putih yang
utama.
Pada mulanya di India kuno lada adalah tanaman liar yang tumbuh di
hutan. Orang-orang mendapatkannya dengan cara memetiknya di hutan di
mana buah ini terdapat secara melimpah. Lada yang telah didapatkan dibawa
ke pasar-pasar lokal untuk diperdagangan dengan para saudagar Arab. Oleh
para pedagang Arab lada dibawa dari India ke arah barat laut ke Mesir dan
Eropa. Dalam perkembangannya permintaan lada yang semakin meningkat
menyebabkan hasil produksi lada dari hutan tidak lagi mencukupi. Ketika
itulah mulai dilakukan upaya budidaya lada dengan menanamnya dalam
jumlah besar dalam bentuk kebun-kebun lada. Belum terdapat bukti-bukti
sejarah yang pasti kapan tepatnya lada mulai diperkenalkan keluar India
sebagai tanaman yang bisa dibudidayakan. Para pedagang dari India diyakini
telah memperkenalkan tanaman lada ke Indonesia pada sekitar seratus tahun
8
sebelum Masehi. Pengenalan lebih lanjut tanaman lada ke Indonesia tentu
juga terjadi di masa-masa selanjutnya.
Kepulauan Indonesia adalah wilayah kedua setelah India yang
membudidayakan lada dalam skala yang besar. Tidak diketahui secara pasti
kapan lada mulai dikenal di Indonesia. Sebagaimana disinggung dalam
bagian sebelumnya. Beberapa laporan menyatakan lada mulai ditanam di
9
Jawa paling tidak sejak awal abad Masehi. Laporan perjalanan yang ditulis
oleh Marco Polo pada abad ke-12 menyatakan bahwa penanaman lada saat
itu telah berkembang di Jawa. Selain dibawa oleh para pedagang India, lada
sangat mungkin pada mulanya dibawa ke Kepulauan Indonesia oleh para
pelaut Polinesi dan melalui jalur perdagangan maritim Babilonia-Cina yang
8 P.N. Ravindran, “Introduction”, dalam P.N. Ravindran (editor), Black Pepper: Piper Nigrum (Amsterdam:
Harwood Academic Publisher, 2006), hlm. 2.
9 Ravindran, “Introduction”, dalam P.N. Ravindran (editor), Black Pepper, hlm. 10.