Page 69 - Jalur Rempah.indd
P. 69

REMPAH, JALUR REMPAH DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA  59



               dengan cepat dimobilisasi  demi  kepentingan  VOC.  Dalam  pemikiran Coen

               adanya koloni orang Belanda dan Eropa merupakan cara termurah, teraman
               dan paling  bisa diandalkan dalam  rangka  menjamin keberhasilan kegiatan
               perdagangan VOC di Asia.

                   Batavia memiliki lokasi geografis sangat strategis, yaitu terletak di dekat
               Selat  Sunda yang merupakan satu  diantara dua jalur  penghubung  (yang

               lainnya  adalah Selat  Malaka) utama  antara  Samudra Hindia  dan Laut  Cina
               Selatan. Dengan posisi tersebut Batavia sangat sesuai untuk dijadikan pusat
               kegiatan VOC di Asia. Selain sebagai tempat berkumpulnya kapal-kapal VOC,
               Batavia selanjutnya juga berfungsi sebagai salah satu kota pelabuhan utama
               dalam  jaringan perdagangan Asia, sekaligus sebagai pusat  kegiatan  militer
               Belanda dalam menghadapi persaingan dengan Portugis dan Spanyol di Asia.


                   Sepanjang  abad  17  VOC  berhasil  membangun  Batavia sebagai pusat
               kegiatan  perdagangan  terbesar di Asia Tenggara dengan mengalahkan
               Malaka. Meski demikian, Batavia hanya dapat menjadi pelabuhan terpenting
               di  Nusantara  hanya setelah Banten  berhasil ditundukkan  sepenunya pada
               tahun  1684.  Kekalahan  Banten  yang  disertai  dengan penguasaan  teritorial
               terhadap hampir seluruh wilayah  Jawa  Barat,  telah  menyebabkan  Batavia

               dapat berkembang menjadi kota pelabuhan yang memiliki hinterland (daerah
               pendukung).

                   Keberadaan  daerah pendukung  sangat  penting  untuk  menunjang
               keberhasilan Batavia  sebagai kota  dagang  yang  bukan  hanya berfungsi

               sebagai  pelabuhan  transito, tetapi  juga  menjadi daerah penghasil  komoditi
               seperti gula, kopi, dan indigo. Berbeda dengan gula yang diproduksi daerah
                                                                                      68
               Ommelanden, kopi dan indigo di produksi di dataran  tinggi  Priangan.
               Meski ditanam di Priangan, kopi dan indigo dapat dianggap sebagai produk
               hinterland Batavia karena ekspor produk ini ke Asia ataupun Eropa dilakukan
               melalui pelabuhan Batavia.
               68  Sejak akhir abad 17 Priangan barat berada di bawah administrasi pemerintah kota Batavia, sedangkan wilayah
                   Priangan timur berada di bawah wewenang Kesultanan Cirebon yang sejak tahun 1681 telah tunduk pada
                   kekuasaan VOC. Untuk proses ekspansi VOC ke Jawa Barat lihat Bondan Kanumoyoso, “Socio-Economic
                   Activity and Change in West Java: Forest Production and Agriculture in Cirebon-Priangan”, dalam Jurnal
                   Sejarah, Vol.12, No.12, 2005.
   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74