Page 65 - Jalur Rempah.indd
P. 65
REMPAH, JALUR REMPAH DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA 55
dagang di daerah penghasil komoditi dan kota-kota dagang lain. Pada tahun
1607 Makassar mendapat izin dari para penguasa Banda untuk membuka
kantor dagang di Kepulauan penghasil pala tersebut. Kantor dagang Makassar
lainnya dibuka di Manila. Kantor dagang ini secara khusus hanya dibuka
untuk para pedagang Makassar. Spanyol sebagai penguasa Manila melarang
pedagang Melayu dan Jawa datang berdagang ke kota pelabuhan itu dengan
mengatasnamakan Makassar. Kebijakan Spanyol ini berdasarkan kepada
hubungan perdagangan yang baik yang terjalin antara Spanyol dan Makassar
selain juga karena pihak yang terakhir dapat memenuhi berbagai komoditi
yang diperlukan Spanyol seperti: rempah-rempah, beras dan budak.
Para penguasa Makassar mendukung kegiatan perdagangan maritim
dengan menerapkan kebijakan pajak yang rendah dan terlibat secara langsung
dalam pengiriman kapal-kapal dagang ke Malaka dan kota-kota Pelabuhan lain
di wilayah barat Nusantara. Menurut catatan orang Eropa, salah satu kebijakan
sultan yang mendukung kegiatan perdagangan adalah membebaskan pajak
64
untuk barang-barang yang didatangkan dari luar (impor). Sultan juga tidak
membatasi ekspor emas, perak dan rempah-rempah. Perluasan kegiatan
perdagangan maritim tidak menjadi tujuan utama penguasa Makassar, tetapi
keuntungan yang didapat dari kegiatan tersebut memungkinkan sultan dan
para pengikutnya untuk memperkuat kekuatan militer dan angkatan laut.
Masa kejayaan Makassar barakhir di tahun 1666 dengan ditandatanganinya
perjanjian Bongaya antara VOC dengan Sultan Hasanuddin. Sejak itu Makassar
jatuh ketangan Belanda dan seluruh jaringan perdagangan Makassar yang
membentang dari Malaka sampai ke Indonesia Timur juga jatuh ke tangan
Belanda.
D.4 VOC DAN PENYATUAN JALUR PERDAGANGAN
Meskipun Portugis berhasil menguasai Malaka dan berusaha menegakkan
monopoli perdagangan cengkeh dan pala di Kepulauan Maluku dan Banda,
namun upaya mereka tidak pernah berhasil. Sepanjang abad ke-16 perdagangan
rempah-rempah tetap berada di tangan para pedagang Islam yang berdagang
64 Souza, The Survival of Empire, hlm. 88.