Page 87 - Majalah HUT 72 DISPSIAD
P. 87
PSIKOEDUKASI
Pencapaian prestasi yang optimal membutuhkan Kemampuan sik dan teknik atlet meningkat. Kondisi
penampilan terbaik dari atlet olahraga ketika psikologis memegang peran penting dalam mengen-
bertanding. Penampilan terbaik pada atlet dalikan keadaan buruk yang dialami atlet agar atlet
merupakan hasil gabungan dari beberapa faktor. yang bersangkutan dapat menampilkan performa
Faktor-faktor tersebut adalah sik, teknik, taktik dengan optimal (Komarudin, 2015).
atau strategi dan psikologis (Komarudin, 2015).
Faktor psikologis mengarah pada peningkatan Dinas Psikologi TNI Angkatan Darat (Dispsiad)
performa dalam olahraga (Rushall, 2008). Menurut adalah pemegang lingkup kekuasaan teknis (LKT)
Supriyanto (2012), faktor psikologis kurang bidang psikologi di lingkungan TNI Angkatan Darat
mendapatkan perhatian. Sejalan dengan itu, yang menerapkan psikologi olahraga dalam
pengamatan dan wawancara yang dilakukan menyiapkan dan membina aspek psikologis atlet.
Komarudin (2015) kepada para pelatih cabang Pendampingan psikologis atlet yang pernah dilaku-
olahraga dapat disimpulkan bahwa pembinaan kan oleh Dispsiad antara lain adalah Australia
psikologis belum dilakukan secara saksama dan Army Skill at Arm Meet (AASAM), Asean Army Ri le
spesik. Meet (AARM), pendampingan atlet Asian Games,
pendampingan atlet Persatuan Bulutangkis Seluruh
Kesuksesan dalam sebuah pertandingan ditentukan Indonesia (PBSI) dan pendampingan atlet Persatuan
oleh 70% faktor psikologis dan hanya 30% faktor
Bola Voli Seluruh Indonesia (PBVSI). Melalui
yang lain (Harsono, 1988). Ironisnya beberapa sentuhan psikologis yang diberikan oleh Dispsiad,
pelatih tidak memedulikan faktor psikologis para diharapkan mampu menampilkan performa yang
atlet (Setyawati, 2014). Selanjutnya dijelaskan optimal.
beberapa alasan mengapa faktor psikologis tidak
terlalu diperhatikan. Pertama, atlet meragukan
efektivitas pelatihan psikologis dan tidak senang Pelatihan mental merupakan sebuah program
melakukannya. Kedua, aspek psikologis dianggap pelatihan yang disusun dan dirancang secara
terlalu kompleks, tidak jelas, dan sangat bervariasi sistematis agar atlet dapat mengendalikan dengan
(Groppel, 1989). Ketiga, pelatih tidak menguasai baik kinerja, perilaku, emosi, suasana hati, sikap,
melatih kemampuan dan keterampilan psikologis strategi, dan mental dalam menampilkan performa
untuk meningkatkan performa atlet. olahraganya meskipun berada dibawah tekanan.
pelatihan untuk dapat saling belajar satu sama lain
Kondisi psikologis atlet sudah selayaknya mendapat- Atlet dapat tampil percaya diri dalam setiap
kan perhatikan dari semua pihak. Ketimpangan pertandingan dan menampilkan performa yang
pada diri atlet akan terjadi jika semua pihak hanya optimal serta mampu mencapai prestasi yang lebih
berfokus pada melatih kemampuan sik, teknik, baik dari sebelumnya. Kelebihan lain dari program
dan taktik saja. Ketimpangan ini dapat menyebabkan ini adalah metode pelatihan yang digunakan
kondisi psikologis atlet menjadi lemah walaupun memberikan kesempatan bagi para anggota.
PSIKOEDUKASI | Hal: 82