Page 69 - D:\Kantor ku\5. Stunting\Stunti
P. 69
peningkatan risiko sindrome metabolik, seperti lebarnya
lingkar perut/obesitas sentral, tingginya angka indeks masa
tubuh (IMT), resistensi insulin dan hiperkolesterolemia.
Sindrom metabolik ini memicu munculnya penyakit
hipertensi, jantung dan pembuluh darah, stroke, DM dan
komplikasi penyakit tersebut. Artinya stunting pada masa
balita merupakan ancaman terjadinya penyakit-penyakit
degeneratif di masa dewasa nantinya.
Malnutrisi pada masa kehamilan menyebabkan janin/
bayi mengalami stress oksidatif, akibatnya produksi radikal
bebas dan zat reaktif lainnya meningkat. Kondisi ini ditandai
dengan enzim anti-oksidan, katalase, SOD, plasma
glutathione, protein plasma total, TAC, Cu, Zn dan vitamin
C yang lebih rendah dibandingkan individu yang tidak
mengalami malnurisi. Banyaknya radikal bebas yang terdapat
di dalam tubuh menandakan terjadinya kerusakan sel,
sehingga terjadilah penyakit degeneratif (Aly et al., 2013).
Penelitian hewan coba juga menunjukkan bahwa
kekurangan gizi dalam kandungan menyebabkan perubahan
tekanan darah, metabolisme kolesterol, resistensi insulin,
fungsi endokrin dan menurunnya kekebalan tubuh (Barker,
1994).
Saat ini Indonesia adalah negara dengan stunting terbesar
ke-5 di dunia, setelah Pakistan, Congo, India dan Ethiopia.
Ibarat menyimpan bom waktu, stunting dini yang tidak teratasi
dengan tepat menjadi ancaman kerugian dan pembangunan
negara.
B. Stunting dan Obesitas
Beberapa penelitian menyatakan bahwa stunting di
masa anak-anak berkaitan dengan obesitas dimasa dewasa.
Mengapa demikian? Anak yang stunting mengalami gangguan
hormon pertumbuhan, akibatnya pertumbuhan tulang tidak
64 STUNTING