Page 71 - D:\Kantor ku\5. Stunting\Stunti
P. 71
risiko obesitas di periode kehidupan selanjutnya (Sawaya &
Robert, 2003; Martins et al., 2007; Sichieri et al., 2000). Padahal
obesitas meningkatkan peluang terjadinya sindrom metabolik
dan penyakit degeneratif yang kronik (Murage, 2010; Osmon
& Barker, 2000), seperti diabetes melitus, jantung, penyakit
pembuluh darah, kanker, stroke dan disabilitas lansia (Dewey
& Begum 2011; WHO, 2013).
Menurut Simbolon 2013, risiko balita stunting untuk
menjadi obese sebanyak 3,4 kali. Mereka mengeluarkan energi
dan oksidasi lemak lebih rendah dibandingkan dengan yang
tidak stunting. Apabila asupan makanannya tinggi
karbohidrat dan lemak, maka anak yang stunting lebih mudah
menyimpan lemak daripada anak yang tidak stunting.
Demikian pula dengan penelitian Hoffman et al., 2000 pada
pra remaja (8-11 tahun) yang sedang berpuasa dan remaja
yang mengalami stunting ringan (Santos et al., 2010),
menunjukkan hasil yang sama. Di Jawa Tengah, hasil
penelitian Saraswati menunjukkan bahwa proporsi stunting
lebih banyak pada premaja yang obese sentral (WHtR)
daripada remaja yang obese general (IMT). Gejala sindrom
metabolik hanya ditemukan pada remaja yang stunting-obese,
sementara pada stunting non obese tidak ditemukan
(Saraswati, 2016).
C. Stunting dan Diabetes Mellitus (DM)
Malnutrisi pada masa kehamilan, terutama malnutrisi
pada trimester ke-2 akan menyebabkan gangguan fetoplasenta
yang menyebabkan transport nutrisi dari ibu ke janin
terhambat. Akibatnya sistem metabolisme energi pada balita
stunting akan terganggu dan terjadi resistensi insulin.
Resistensi insulin ini menandakan tingginya risiko Diabetes
Mellitus di masa dewasa (Kershaw, 2004 dan Kelishadi, 2007).
Besarnya risiko resistensi insulin pada masa dewasa pada bayi
66 STUNTING