Page 22 - Merayakan Ibu Bangsa_201216_1406
P. 22
Gerakan Perempuan di Era Kolonial
Pada masa penjajahan Belanda,
perempuan Indonesia hidup dalam penjajahan
ganda. Di satu sisi, mereka dijajah feodalisme
yang mengatas-namakan adat dan agama untuk
menindas perempuan. Di sisi lain, mereka dijajah
kolonialisme yang memelaratkan segenap bangsa
Indonesia. Gerakan perempuan Indonesia akan terus
diwarnai perlawanan terhadap penjajahan ganda ini.
Kemunculan Kartini (lahir 21 April 1879)
merupakan salah satu tanggapan paling awal
terhadap kondisi menyedihkan yang dialami
perempuan Indonesia. Selama 1899 hingga 1904,
ia menjalin surat-menyurat dengan perempuan
aktivis Belanda, Stella Zeehandelaar. Dalam
surat pertamanya, Kartini menceritakan kondisi
perempuan Jawa masa itu:
“Ketahuilah bahwa adat negeri kami
melarang keras gadis-gadis keluar
rumahnya... Ketika berusia 12 tahun
aku harus tinggal di rumah—aku harus
masuk ‘sangkar’. Aku dikurung di dalam
rumah dan sangat terasing dari dunia
luar, dan aku tidak boleh kembali ke
dunia itu lagi selama belum berada di
sisi seorang suami, seorang lelaki yang
asing sama sekali, yang dipilihkan orang
tua bagi kami untuk mengawini kami,
yang sesungguhnya tanpa sepengetahuan
kami.” (Vreede-De Stuers 2008: 62)
22