Page 27 - Merayakan Ibu Bangsa_201216_1406
P. 27

Poetri  Mardika  (perempuan  merdeka),  organisasi
            perempuan yang didukung Boedi Oetomo.
            Poetri Mardika memberikan bantuan dana bagi
            perempuan yang ingin bersekolah, memberikan
            informasi seputar perikehidupan perempuan, serta
            menerbitkan  koran  mingguan yang secara  aktif
            menggugat poligami, pernikahan dini, kawin paksa,
            dan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan.
                    Pada 1913, selain terbit koran  Poetri
            Mardika,  terbit pula koran  Wanito  Sworo yang
            dirintis perempuan aktivis Siti Soendari. Soendari
            yang berpikiran maju dan mahir merumuskan
            gagasannya dalam tulisan, juga aktif dalam
            kegiatan  antikolonial.  Ia  rajin  menyumbangkan
            tulisan untuk Wanito Sworo. Selain kedua koran itu,
            terbit pula koran perempuan lainnya yaitu Soeara
            Perampoean (Padang),  Perempoean Bergerak
            (Medan), dan Pikat (Minahasa).
                    Pada dekade belasan abad lalu itu,
            tumbuh pula organisasi perempuan yang berfungsi
            sebagai forum silaturahmi antar perempuan,
            contohnya Pawijatan Wanito di Magelang (1915),
            Wanito Hadi di Jepara (1915), dan Wanito Soesilo di
            Pemalang (1918). Selain itu, muncul pula organisasi
            perempuan berbasis keagamaan bentukan Sarekat
            Islam bernama Wanudijo Oetomo, yang kemudian
            diubah menjadi Sarekat Perempuan Islam Indonesia.
            Demikian pula berdiri organisasi perempuan
            bentukan Muhammadiyah bernama Aisyiyah pada
            1917. Waktu kemunculannya, organisasi tersebut
            fokus pada pelatihan keahlian praktis yang berkaitan
            kehidupan domestik perempuan dan kehidupan
            keagamaannya.


                                                       27
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32