Page 24 - Merayakan Ibu Bangsa_201216_1406
P. 24
poligami. Beberapa hari setelah anak pertamanya
lahir, Kartini meninggal akibat kekeliruan dalam
proses persalinan.
Semasa hidupnya, Kartini memberi
perhatian besar terhadap pendidikan perempuan
yang dipandangnya sebagai langkah awal
pembebasan perempuan. Ia membayangkan
peran perempuan tidak hanya sebagai ibu rumah
tangga atau ibu untuk urusan domestik, tetapi
justru lebih besar lagi sebagai “ibu masyarakat”.
Pandangannya itu tercermin dalam suratnya
kepada profesor Belanda pada 4 Oktober 1902:
“Kami ingin menjadikan perempuan
lebih cakap melakukan tugas besar yang
diberikan Ibu Alam ke tangannya agar
menjadi ibu: pendidik umat manusia
yang utama... Kepada kaum ibu, pusat
kehidupan rumah tangga, dibebani tugas
besar mendidik anak-anaknya... untuk
berkeluarga besar, keluarga raksasa yang
bernama masyarakat, karena anak-anak
itu suatu waktu akan menjadi anggotanya.
Untuk inilah kami meminta pendidikan dan
pengajaran bagi gadis-gadis.” (Vreede-De
Stuers 2008: 68-69)
Dengan demikian, Kartini memaknai ulang
peran perempuan dalam masyarakat. Apa yang
dikerjakan perempuan dalam ranah domestik
ternyata berpengaruh luas ke ranah publik.
Perempuan bukan hanya “ibu rumah tangga”
tetapi juga “ibu masyarakat”.
24