Page 187 - Perempuan Dalam Gerakan Kebangsaan
P. 187
Dra. Triana Wulandari, M.SI., dkk. (eds.)
tidak di bawah satu badan perjuangan atau organisasi, melainkan
secara perorangan atau bersama-sama, menyelenggarakan dapur
umum, palang merah, menyiapkan dan mengirimkan makanan untuk
garis depan.
G.Polisi Wanita
G.
G.
G.PPolisi olisi WWanitaanita
G.PPolisi olisi WWanitaanita
Pada tahun 1948 Jawatan Kepolisian Negara di Yogyakarta
bermaksud menerima untuk pertama kali siswa Polisi Wanita.
Gagasan ini mendapat dekungan penuh dari pimpinan KOWANI.
Dalam rangka maksud ini Jawatan Kepolisian Negara di Sumatera
Barat pada tanggal 1 September 1948 menerima 6 orang calon untuk
dididik sebagai Inspektur Wanita di Bukittinggi, yaitu: Ny. Nelly
Paung Sitomurang, Ny. Jasmaniar Husein, Ny. Rosmaliana Pramono,
Ny. Maria Mufti, Ny. Rosalia Taher dan Ny. Dahniar Sukoco. Karena
hubungan dengan Jawa putus tidak diketahui apakah Yogyakarta
masih meneruskan penerimaan calon, namun penerima-an di
Sumatera Barat diteruskan.
Penerimaan Polisi Wanita ini didukung oleh organisasi
perempuan setempat, lebih-lebih karena daerah-daerah yang fanatik
Islam tidak dapat menerima, adanya petugas-petugas pria
melaksanakan peme-riksaan badan terhadap perempuan (pada
umumnya pelarian-pelarian dari Singapur dan Riau dan lain-lain).
Dalam Clash ke-II (Perang Kemerdekaan-II) Polisi Wanita
meninggalkan tugasnya sebagai petugas keamanan dan beralih
menjadi alat perjuangan bangsa yang mempertahankan
Kemerdeka-an. Pada tahun 1950 Polisi Wanita dilatih kembali di
Sukabumi. Tugas Polisi Wanita disamping tugasnya sebagai
Angkatan Kepolisi-an, juga mempunyai tugas khusus untuk
mencegah serta memberan-tas segala kejahatan dan pelanggaran
yang dilakukan oleh atau terhadap anak-anak remaja dan perempuan.
155
155

