Page 21 - Perempuan Dalam Gerakan Kebangsaan
P. 21

Dra. Triana Wulandari, M.SI., dkk (eds.)


                pejuang di Indonesia. Dalam masa yang dapat ditandai sejak
                berdirinya organisasi Boedi Oetomo (BO) atau Budi Utomo (BU) pada
                tahun 1908 itu gerakan perjuangan perempuan  nyaris  selalu
                berdampingan dengan manfaat perkumpulan atau organisasi. Mereka
                tidak hanya berjuang melalui pengangkatan senjata saja, namun mulai
                mengutamakan perjuangan dengan pengangkatan suara dalam
                organisasi.

                     Puncak awal dari gerakan berjuang melalui organisasi itu sampai
                pada tahun 1928 yang berpusat di forum Kongres Perempuan Indo-
                nesia. Kongres yang berlangsung di Mataram, Yogyakarta, ini
                memang belum sepenuhnya menggalang persatuan seluruh
                organisasi-organisasi perempuan yang bermunculan sejak tahun
                1908. Namun demikian, dari kongres yang digelar pada musim hujan
                itulah gerakan perjuangan dari kaum perempuan semakin
                memunculkan kekuatan dan kelincahan berlebih. Lebih-lebih, setelah
                kongres demi kongres berhasil digelar pada tahun-tahun berikutnya.

                     Pada masa tentara-tentara Jepang pengambil alih penjajahan
                yang dilakukan Belanda atas bangsa Indonesia, gerakan kaum
                perempuan yang sudah akrab dengan keorganisasian itu kembali
                “berkobar”. Walau pada awalnya pemerintah Jepang melarang dan
                membubarkan semua jenis perkumpulan dan partai sebelum Jepang
                datang, namun gerakan mereka akhirnya dapat terkumpul dalam
                berbagai organisasi perempuan bentukan Jepang atau organisasi yang
                direstui pemerintah.

                     Memang, secara umum, gerakan mereka tampak jelas-jelas
                membantu pemerintahan militer Jepang. Namun lain dari itu, mereka
                tetap berjuang dengan cara-cara yang berbeda dari sebelumnya, yaitu
                mensinergikan gerak juang mereka dengan kaum laki-laki. Tak pelak,
                gerakan perjuangan untuk melepaskan bangsa Indonesia dari
                cengkraman penjajah pun tampak lambat dan dan sembunyi-
                sembunyi.



                                              vii
                                             xxi
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26