Page 227 - KAWASAN PENILITIAN DALAM PENDIDIKAN BAHASA
P. 227
Linguistik Terapan bagi Pendidikan 217
A. PENDAHULUAN
Bahasa, secara umum, merupakan alat komunikasi. Kalimat ini sudah
sangat mendominasi karya-karya tulis ilmiah pada bagian pendahuluan.
Namun demikian, makna secara etimologis dari frase yang tercetak miring di
atas masih sering diabaikan. Prinsip pertama, bahasa seharusnya dipahami
sebagai suatu alat yang membantu memudahkan suatu proses kegiatan.
Yang dimaksud dengan kegiatan di sini adalah kegiatan berkomunikasi yang
merupakan cara manusia berinteraksi. Prinsip kedua, sebagai sebuah alat,
maka bahasa itu tidak saja dilihat sebagai sebuah alat namun harus
digunakan secara konsisten agar kegiatan; komunikasi, itu dapat berjalan
sebagaimana mestinya. Kemampuan berbicara tidak saja sampai pada tahap
mengetahui (knowing); arti kosa kata (word meaning), pelafalan
(pronunciation), struktur kalimat atau sintaksis, tata bahasa (grammar), dan
sebagainya, akan tetapi seharusnya sampai pada tahap menggunakannya
(how to use). Prinsip ketiga, sebuah alat adalah akan selalu diambil kembali
untuk digunakan saat diperlukan. Dengan kata lain, kemampuan berbicara
seharusnya mengandung proses retrival (recall memory atau retrieving) yang
merupakan sebuah proses dimana informasi yang dibutuhkan dapat
dipanggil kembali dari dalam memori. Hal inilah yang merupakan tujuan
utama dari kemampuan berbicara; otomatis tanpa berpikir (fluency).
Krashen, seorang profesor Linguistik, mempersembahkan sebuah
hipotesis yang berkaitan dengan konsep pemerolehan bahasa kedua (Second
Language Acquisition) yang disebut dengan Input Hypothesis. Ia mengatakan
bahwa seseorang dapat memahami sebuah ujaran hanya jika ia mendapatkan
masukan (input) yang komprehensif (comprehensible) sehingga ia dapat
memeroleh pengetahuan tambahan setingkat dari pengetahuan yang saat
ini. Konsep ini ia sebut sebagai i+1. Sekalipun demikian, faktanya bahwa
pembelajar bahasa Inggris yang ada di Indonesia dimana bahasa Inggris
berstatus sebagai bahasa asing tampaknya sangat kesulitan dalam
menunjukkan kemampuan berbicara. Hal ini sangat terlihat jelas pada
pembelajar bahasa Inggris di Fakultas Hukum Universitas Sembilanbelas
November Kolaka. Salah satu faktor yang menyebabkan hal demikian adalah
karena kurangnya minat beriteraksi dengan menggunakan alat komunikasi
tersebut; bahasa Inggris. Sementara, Noonan, F.J (tanpa tahun) dalam Arung,
Fernandes (2014, Ed) menyatakan bahwa ‘Banyak sarjana meyakini bahwa
interaksi; tindakan berkomunikasi dengan orang lain, memiliki peran yang
penting dalam pembelajaran bahasa kedua.’ Oleh sebab itu, penelitian ini
perlu untuk dilakukan mengingat pentingnya kesetaraan penguasaan bahasa