Page 25 - MAJALAH UNS - EDISI 2 (JUNI 2021)
P. 25
25
RISET 23
Vitri Widyaningsih Tri Mulyaningsih,
dr, MS, PhD
PhD
(data 2007-2008) dan gelombang 5 (data WASH. “Memang angka stunting menurun,
2014-2015). Observasi dilakukan terhadap tapi penurunannya lambat. Untuk turun 1%
Dr. Vincent
8.544 rumah tangga yang terbagi pada Hadiwiyono membutuhkan waktu yang lama. Sehingga
gelombang 4 sebanyak 4.309 rumah tangga diperlukan implementasi kebijakan yang
dan gelombang 5 sebanyak 4.235 rumah lebih maksimal dan efektif,” jelas Tri.
tangga. pendidikan yang kurang, pengetahuan akan Berbagai hasil riset dan rekomendasi
kebutuhan gizi anak juga kurang,” tutur Tri. itu dituangkan dalam sebuah jurnal,
Faktor Anak, Rumah Tangga, dan Kemudian faktor terakhir dan paling kemudian buku ‘Kajian Stunting pada Anak
Daerah ditekankan dalam riset ini ialah pengaruh di Indonesia’, dan juga mendatangkan
Tri Mulyaningsih, Ph.D, menjelaskan ada karakteristik daerah. Seperti bagaimana peneliti mitra melalui diskusi daring. Bahkan
banyak level yang mempengaruhi kondisi akses terhadap kebutuhan air bersih atau Tri dan tim telah hadir di tiga konferensi.
malnutrisi atau stunting pada anak. Yakni WASH (Water, Sanitation and Higiene) di Tahun 2021 ini, mereka akan melanjutkan
kondisi anak, rumah tangga, sosial ekonomi daerah tersebut yang sangat berpengaruh riset tersebut dengan lebih memperhatikan
keluarga, dan lingkungan (daerah). pada kondisi anak. Di sisi lain, anak-anak dan menggali dari aspek ‘ayah’ yang tentu
Dilihat dari sisi-sisi kondisi anak, riset ini yang tinggal di daerah perdesaan memiliki memiliki peranan besar dalam tumbuh
mendapat simpulan bahwa anak memiliki risiko stunting lebih tinggi karena kurangnya kembang anak sebagaimana peran ibu.
risiko malnutrisi dan stunting tinggi apabila akses ke perawatan kesehatan. “Prevalensi Tim ini pun tengah dalam proses turun ke
lahir dengan berat badan rendah, lahir dari stunting anak berbeda antarprovinsi. Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mencari
ibu dengan malnutrisi buruk, mengalami Misalkan risiko stunting di Nusa Tenggara data terbaru yang diperkirakan rampung
diare akut, serta sering mengonsumsi Timur (NTT) lebih tinggi dibandingkan pada Agustus atau September mendatang.
camilan tidak sehat. Pulau Jawa,” tambah Tri. Mengakhiri perbincangan, Tri menyam-
Adanya diare akhirnya menurunkan pola paikan harapan agar UNS memiliki pusat
makan asupan, menurunkan kemampuan Perlu Perhatikan Karakteristik Daerah penelitian yang mengolaborasikan bidang
metabolisme dalam menyerap nutrisi. Berdasarkan hasil riset ini, ada sejumlah ekonomi dan kesehatan. Menurutnya, riset
Konsumsi camilan terlalu sering juga tidak saran dan rekomendasi yang Tri beserta ekonomi kesehatan dapat menjawab
baik, sebab snackatau makanan ringan tidak tim berikan bagi pemerintah dalam pe- permasalahan pada banyak aspek dan
sehat pada umumya mengandung lemak nanganan stunting. Pertama, dalam me- berbagai masalah kesehatan yang ber-
dan kalori. Namun, kandungan protein dan nyikapi stunting dan membuat kebijakan implikasi ke ekonomi maupun sebaliknya.
mikronutrisinya rendah. terkait, pemerintah harus memperhatikan “Seperti masalah malnutrisi tidak bisa
Sementara pada tataran rumah tangga masing-masing karakteristik daerah dan dipandang dari sudut kesehatan saja, tapi
atau keluarga, anak yang tumbuh dan memberikan perhatian lebih bagi daerah juga sosial ekonomi keluarga. Lalu masalah
dibesarkan dalam keluarga dengan tingkat dengan prevalensi tinggi. BPJS yang merupakan isu besar. Diperlukan
ekonomi rendah memiliki risiko malnutrisi Kedua, diperlukan kebijakan terkait yang dari segi ekonomi dan kesehatan. Orang
lebih tinggi. H lebih baik dan spesifik, mengarah langsung ekonomi kalau ingin menyelesaikan ma-
“Selain itu, ada tingkat pendidikan ke intervensi kebijakan, dan harus sensitif salah ini harus tahu sistem kesehatan di
orang tua yang juga berpengaruh. Dengan seperti memperhatikan masalah akses ke negara kita,” tutup Tri. (Kaff a Hidayati)
Majalah UNS