Page 22 - KURIKULUM DIVERSIFIKASI FLIP
P. 22
A. Model Kurikulum Diversifikasi
Model kurikulum diversifikasi berupa mata pelajaran muatan lokal yang
berdiri sendiri. Berdasarkan panduan diversifikasi kurikulum dijelaskan bahwa jika
bahan kajian dan muatan daerah/sekolah yang dikembangkan tidak dapat
ditampung pada kelompok mata pelajaran A, B, dan C maka bahan kajian
tersebut dapat menjadi mata pelajaran muatan lokal yang berdiri sendiri (Pusat
Kurikulum, 2017).
Model kurikulum diversifikasi ini dapat diimplementasikan dengan
berpedoman pada rambu-rambu pelaksanaan pembelajaran muatan lokal yang
dijelaskan berikut ini.
1. Muatan lokal diajarkan pada jenjang kelas di satuan pendidikan SMA
2. Muatan lokal dilaksanakan sebagai mata pelajaran tersendiri
3. Alokasi waktu adalah 2 jam/minggu jika muatan lokal berupa mata pelajaran
khusus muatan lokal
4. Muatan lokal dilaksanakan selama satu semester
5. Proses pembelajaran muatan lokal mencakup empat aspek (kognitif, afektif,
psikomotor dan action )
6. Penilaian pembelajaran muatan lokal mengutamakan unjuk kerja, produk,
dan portofolio.
7. Penyelenggaraan muatan lokal disesuaikan dengan potensi dan karakteristik
satuan pendidikan.
8. Satuan pendidikan yang tidak memiliki tenaga khusus untuk muatan lokal
dapat bekerja sama atau menggunakan tenaga dengan pihak lain.
B. Implementasi kurikulum diversifikasi dalam pembelajaran
Permenristekdikti, No. 44 tahun 2015, pasal 32 (1), menekankan,
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sebagai salah satu standar
sarana dan prasarana pembelajaran. Dalam rangka upaya mendukung
implementasi kurikulum diversifikasi, tentu membutuhkan strategi yang tepat
dalam sistem pembelajaran. Bullen & Jeans (2007:176) mendefinisikan e-
learning sebagai proses pembelajaran yang menggunakan teknologi internet
untuk memfasilitasi, menyampaikan, dan memungkinkan berjalannya proses
pembelajaran jarak jauh.
25