Page 15 - Materi E book Kisah Tentara Pelajar_Story of Student Warriors_Neat
P. 15
balas atas gugurnya teman mereka semakin membara, gerakan PM (Pelajar Merdeka) dan
PAM (Patriot Anti Muso) melakukan unjuk rasa anti Muso dan berusaha menjaga obyek-
obyek vital dari pengrusakan pemberontak PKI Muso.
Tanggal 24 September 1948 pagi bertebaran di seluruh penjuru kota Madiun ribuan
pamflet yang berisi sikap anti FDR/PKI Muso. Menyadari situasi yang mulai memanas para
pimpinan FDR/PKI segera mengumpulkan para pelajar Madiun di Pendopo Kabupaten
Madiun pada tanggal 27 September 1948, rapat terbuka itu di hadiri tidak kurang dari 6000
pelajar, dalam rapat tersebut Abdul Mutalib sebagai residen merah (PKI Muso) menjanjikan
sekolah gratis bagi SR (Sekolah Rakyat) dan SLP (Sekolah Lanjutan Pertama), namun semua
janji FDR/PKI di tolak oleh semua peserta rapat, hingga rapat tidak menghasilkan keputusan
apapun, justru massa pelajar tersebut tidak mau bubar tapi malah bergerak beriringan menuju
Taman Makam Pahlawan tempat Mas Moeljadi dimakamkan. Seusai dari TMP massa
kembali bergerak sambil meneriakkan yel-yel yang bernada mengejek dan melecehkan
FDR/PKI. Bahkan ketika di depan markas Pesindo yang sudah siap senjata sambil
mengancam siapa saja yang menghina FDR/PKI Muso, teriakan dan yel-yel ini justru
semakin keras bahkan menantang Pesindo untuk menembak mereka. Untunglah peristiwa ini
tidak jadi meletus menjadi pertumpahan darah.
Pada tanggal 19 September 1948, Presiden Sukarno telah memaklumkan negara
dalam keadaan bahaya maka segera Panglima Besar Jendral Sudirmanmemerintahkan semua
pasukan yang masih setia pada Negara Republik Indonesia, untuk memberantas gerombolan
FDR/PKI Muso, dari arah barat (solo) dipimpin oleh Kolonel Gatot Subroto dan dari arah
timur (Kediri) dipimpin oleh Kolonel Sungkono, tentara Pelajar juga ikut membantu dalam
mengamankan situasi di Madiun. Maka hanya dalam 13 hari Madiun dapat dikuasai penuh
Tentara Republik Indonesia. Pimpinan PKI Muso dapat di tembak mati oleh Pasukan dari
Brigade S (Sudarsono) pada31 Oktober 1948 di Sumoroto Ponorogo, sedangkan pelarian
Amir Syarifudin dan gerombolannya masih sempat menyergap rombongan mobil ketua DPA
atau mantan Gubernur Jawa Timur Suryo, bersama beberapa ajudannya hingga ditemukan
gugur di hutan jati wilayah Ngawi, namun pelarian gerombolan ini tidak berlangsung lama
dan tertangkap di daerah Purwodadi Jawa Tengah. Begitulah anak-anak setiap usaha yang
ingin merongrong Negara Kesatuan Republik Indonesia, pastilah akan binasa.
CREATED BY WIDODO, S.PD 15