Page 112 - Kelas_11_SMA_Sejarah_Indonesia_Semester_1_Siswa_2016
P. 112

tempat  tinggalnya  di  Danau  Tondano  dengan  rumah-rumah  apung.
                 Pasukan VOC kemudian mengepung kekuatan orang-orang Minahasa yang
                 berpusat di Danau Tondano. Simon Cos kemudian memberikan ultimatum
                 yang isinya antara lain: (1) Orang-orang Tondano harus menyerahkan para
                 tokoh pemberontak kepada VOC, (2) orang-orang Tondano harus membayar
                 ganti rugi dengan menyerahkan 50-60 budak sebagai ganti rugi rusaknya
                 tanaman  padi  karena  genangan  air  Sungai  Temberan.  Ternyata  rakyat
                 Tondano  bergeming  dengan  ultimatum  VOC  tersebut.  Simon  Cos  sangat
                 kesal karena ultimatumnya tidak diperhatikan. Pasukan VOC akhirnya ditarik
                 mundur  ke  Manado.  Setelah  itu  rakyat  Tondano  menghadapi  masalah
                 dengan  hasil  pertanian  yang  menumpuk,  tetapi  tidak  ada  yang  membeli.
                 Dengan  terpaksa  mereka  kemudian  mendekati  VOC  agar  membeli  hasil-
                 hasil  pertaniannya.  Dengan  demikian,  terbukalah  tanah  Minahasa  oleh
                 VOC.  Berakhirlah  Perang  Tondano  I.  Orang-orang  Minahasa  kemudian
                 memindahkan perkampungannya di Danau Tondano ke perkampungan baru
                 di daratan yang diberi nama Minawanua (ibu negeri).



                 » Coba perhatikan dan renungkan isi ultimatum VOC yang kedua.
                       Orang-orang Tondano disuruh membayar ganti rugi kerusakan
                       tanaman padi akibat tergenang luapan air Sungai Temberan.
                       Sungguh licik VOC karena yang menyebabkan kerusakan tetapi
                       kerugiannya disuruh menanggung rakyat Tondano. Ingat! kelicikan
                       Belanda ini akan terus berlangsung selama Belanda menjajah
                       Indonesia.





                 b)    Perang Tondano II (1809)

                 Perang Tondano II sebenarnya sudah terjadi ketika memasuki abad ke-19,
                 yakni pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Perang ini dilatarbelakangi
                 oleh kebijakan Gubernur Jenderal Daendels yang mendapat mandat untuk
                 mempertahankan Jawa dari serangan Inggris. Daendels memerlukan pasukan
                 dalam  jumlah  besar.  Untuk  menambah  jumlah  pasukan,  maka  direkrut
                 pasukan  dari  kalangan  pribumi.  Mereka  yang  dipilih  adalah  dari  suku-
                 suku yang memiliki keberanian berperang. Beberapa suku yang dianggap
                 memiliki  keberanian  adalah  orang-orang  Madura,  Dayak,  dan  Minahasa.
                 Atas perintah Daendels melalui Kapten Hartingh, Residen Manado Prediger
                 segera mengumpulkan para ukung.






                 104    Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK                                   Semester 1
   107   108   109   110   111   112   113   114   115   116   117