Page 214 - EBOOK_100 Tokoh Yang Mengubah Indonesia
P. 214

Saleh  Mangoendiningrat  dan  RA.  Isnadikin.  Proses
       tumbuh  kembang Soedjatmoko  banya  dipengaruhi
       watak  sang  ayah.  Meski  tergolong priyayi Jawa  dan
       seorang  muslim,  Saleh  Mangoendiningrat  lebih  con­
       dong  kepada  Barat,  "Bahwa  kita  harus  mencari  ke­
       bebasan,  kebebasan  politik,  dan  pribadL".
           Lulus dari HBS, Soedjatmoko masuk ke Gymnas­
       sium.  Sekolah dengan durasi satu tahun ini didirikan
       Belanda  sebagai persiapan  masuk  per guru an  tinggi.
       Soedjatmoko masuk ke sana atas pengaruh ayahnya.
       Soedjatmoko  lulus  dari  Gymnasium  pada  tahun
       1940, lalu masuk  ke  Geneeskundinge  Hogeschool  (GH)
       atau  Sekolah  Tinggi  Kedokteran.
           Semasa  mahasiswa,  Koko  (panggilan  akrabnya)
       mulai  Iebih  banyak  menyaksikan  realitas  sosial.  Ia
       berkenalan  dengan  Soebandrio,  yang  sering  menga­
       jaknya  ke  pasar  Senen  untuk  melihat  apa,  cara  hi­
       dup,  masyarakat  pinggiran:  pelacur,  gelandangan,
       kuli, dan pencoleng. Ia kenaI dengan Soebadio Sastro­
       satomo ketika  aktif di Unitas Studiosorum  Indonesi­
       ensis  (USI),  organisasi  pertamanya.  Di sini  ia  mema­
       tangkan  prinsip  hidupnya:  humanisme  universal.
           Ketika  tanah  air  dikuasai  Jepang,  Soedjatmoko
       bergabung dengan gerakan bawah tanah yang diko­
       ordininasikan Amir Sjarifuddin. la sempat dipenjara
       selama empat minggu  karena dicurigai bekerjasama
       dengan  Sekutu.
           Setelah proklamasi, Soedjatmoko direkrut Sjahrir
      menjadi  pegawai  Departemen  Penerangan  dengan
       Amir Sjarifuddin sebagai menterinya, sekaIigus mem­
      bantu administrasi dalam Badan Pekerja KNIP.  Lalu
       Sjahrir  menunjuknya  sebagai pemimpin redaksi  Het

                                                         197
   209   210   211   212   213   214   215   216   217   218   219