Page 93 - Toponim sulawesi.indd
P. 93
Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi 79
Adanya kapal-kapal yang datang dan pergi mengangkut beras dan
barang lainnya, menjadikan lokasi ini sebagai bandar (dialek melayu Manado
= bendar) atau pelabuhan. Pembangunan selanjutnya, untuk melengkapi
benteng yang berfungsi juga sebagai pelabuhan, maka dibangun kantor-
kantor pemerintah, rumah residen, sekolah, pasar, penjara, dan adanya
Klenteng Cina. Dari sinilah mulai kelihatan Manado sebagai suatu kota
yang terbentuk dengan adanya potensi pantai dan muara sungai yang
memungkinkan adanya kapal-kapal yang berlabuh dan menjadikan lokasi
ini kemudian sebagai suatu kota pelabuhan.
Selanjutnya, nama Manado kemudian menjadi nama Karesidenan
Manado, Residentie Manado tahun 1824 dengan seorang kepalanya yang
bergelar Residen, yang waktu itu dijabat oleh J. Wenzel (824-1826) dengan
Asisten Residen Minahasa J.F Roos. Pada masa itu, Minahasa dibagi atas 7
afdeling, yaitu afdeling Manado. Likupang, Kema, Tondano, Tanawangko,
Amurang, dan Belang. Setiap afdeling dikepalai oleh seorang Opziener yang
juga disebut Commandant yang kemudian disebut Controleur. Wilayah
Karesidenan Manado, membawahi wilayah pemerintahan yang meliputi
Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Kepulauan Sangihe dan Talaud
sekitarnya baru dimasukkan pada tahun 1825. Adapun kedudukan seorang
Residen adalah di Residenti Manado yang dilengkapi dengan berbagai
fasilitas kantor pemerintahan, kantor pos, pos polisi dan penjara, dan
bandar atau pelabuhan. Tadinya kota ini adalah kota pantai, kota benteng,
sekarang semakin menunjukkan identitas sebagai suatu kota pusat
pemerintahan kolonial, pusat ekonomi dan perdagangan.