Page 15 - Perjuangan Pondok Pesantren Lirboyo Dalam Peristiwa 10 November 1945
P. 15
Selepas abad sembilan belas, usia Kiai Manab hampir setengah abad. Usia yang menunjukan ilmu dan
pengalaman hidup. Beberapa pesantren pernah beliau singgahi. Misalnya, Babadan, Cempoko, Trayang, Sono,
Kedungdoro, Bangkalan, dan Tebuireng. Ini menunjukkan bahwa Kiai Manab bukan hanya alim tapi, tapi sudah
alim allamah. Kiai Kholil tentunya lebih tahu hal itu. Beliau merasa Manab telah mencapai puncak dan
menemukan jati dirinya. Beliau meminta agar Manab meninggalkan Bangkalan dan segera pulang menyebarkan
ilmunya di masyarakat. Beliau merasa ilmunya telah terkuras habis. Tetapi Manab sebenarnya masih ingin tetap
di Bangkalan. Masih merasa dahaga ilmu agama. Namun, karena sadar yang menyuruh pulang adalah gurunya
yang lebih tahu mana yang lebih baik untuk dirinya, akhirnya Manab pulang juga meninggalkan Bangkalan
dengan rasa ikhlas.
Ternyata, kepatuhan dan keikhlasan itu berbuah juga. Sesampai di Jawa, Kiai Manab mendengar bahwa
salah seorang sahabatnya kala mondok di Madura, yakni Kiai Hasyim Asy'ari telah tiga tahun membina sebuah
pesantren di Tebuireng Jombang. Kiai Manab yang belum lama pulang dari Bangkalan rupanya tertarik untuk
singgah di pesantren yang diasuh oleh rekan satu almamater yang ahli dalam ilmu hadist tersebut. Setelah kurang
lebih 5 tahun Kiai Manab nyantri di Tebuireng, belum juga berhasrat melepas masa lajangnya. Padahal, usia
beliau sudah melebihi pantas untuk berkeluarga.