Page 160 - Sastra Anak Sandi Budiana, M.Pd
P. 160
Saat sadar, Vivian terbangun. Ia berada di suatu tempat
yang tampak asing. Vivian yang masih pusing tampak
kebingungan. Ia tidak tahu sedang berada di mana kini.
Perlahan telinganya mendengar suara-suara manusia yang
cukup ramai. Dengan masih menahan rasa sakit yang
mendera tubuhnya anak perempuan cantik itu berjalan
menuju arah keramaian. Dalam hatinya berniat untuk
menanyakan arah pulang. Beberapa menit berjalan, Vivian
berada di sebuah pasar
yang hiruk pikuk.
Vivian tampak kelelahan
tetapi tidak seorang pun
yang menghampiri dan
menolongnya. Orang-
orang di pasar
menatapnya dengan
menampakkan raut muka
aneh. Vivian terus
berjalan tanpa
menghiraukan orang-
orang yang
memperhatikannya
“Kamu berkulit gelap, kamu tidak pantas di sini.” Tiba-tiba
ada seorang penjual buah yang berteriak ke arah Vivian.
Vivian tercengang kaget. Tetapi ia mencoba menjawabnya
dengan tenang.
“Kenapa? Aku tidak punya salah apapun kepadamu.”
“Kulitmu gelap dan matamu bulat. Kamu tidak cocok dengan
kami. Kamu sangat berbeda. Kamu coba lihat orang-orang di
sini. Kami berkulit putih, bentuk dan warna mata kami lebih
bagus. Rambut kami juga lebih indah dan teratur. Kamu tidak
sebanding dengan kami.” Tutur seorang perempuan tua seperti
sedang berceramah. Mendengar ucapan itu orang-orang lain
bersorak sambil meneriakkan kata setuju. Keadaan pun semakin
kacau. Semua orang yang ada di pasar tersebut ingin mengusir
Vivian. 149