Page 85 - PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
P. 85
85
berpikir mencari jalan untuk mengembalikan kepercayaan
rakyat yogyakarta kepada tni. satu-satunya jalan yang
bisa dilakukannya ialah mengadakan serangan balasan
secepat mungkin ke ibukota republik ini. setelah melakukan
koordinasi dengan Kapten Widodo (Komandan Kompi
batalyon sardjono), kemudian dengan sektor barat di bawah letkol inf. soeharto ketika menjabat
sebagai Panglima tentara dan teritorium
pimpinan mayor Ventje sumual, dan mayor Kasno untuk
Diponegoro 03 september 1956
sektor utara, sebelah timur dengan mayor soedjono, dan di (sumber: antara/iPPHos).
kota dipimpin oleh letnan marsudi, pada malam 30 Desember
serangan pertama pun dilancarkan. sepuluh hari kemudian dipedulikan dan bahkan dilecehkan. menyadari hal itu ia
dilakukan serangan kedua, serangan ketiga (Januari), dan pun memikirkan kemungkinan melancarkan serangan di
serangan keempat (Februari 1949) pun dilakukan. siang hari untuk menunjukkan kepada dunia internasional
semua serangan itu untuk menunjukkan kepada rakyat mengenai kebohongan yang telah dipertontonkan belanda.
dan belanda bahwa tni merupakan sebuah kekuatan militer soeharto pun mempersiapkan serangan umum yang
yang tetap bisa mengancam kehadiran tentara pendudukan akan dilancarkan di pagi hari. Pasukan ditetapkan dengan
belanda. sementara itu beberapa pendukung republik menggunakan janur kuning sebagai tanda pengenal.
juga mendengar siaran radio luar negeri yang mengatakan serangan militer ini tidak dimaksud untuk menduduki dan
bahwa Dewan Keamanan Pbb sedang bersidang dan mempertahankan kota sesuai dengan strategi yang digariskan
memperdebatkan indonesia. Dalam sidang itu delegasi tni memilih perang gerilya dalam menghadapi tentara
belanda mengatakan bahwa aksi Polisionil yang dilancarkan belanda yang mempunyai persenjataan serba lengkap. salah
telah berhasil menduduki ibukota yogyakarta dan satu taktik perang gerilya adalah melemahkan kekuatan
pemerintahan belanda pun berjalan lancar. mendengar kabar musuh, bukannya mempertahankan kota yang telah direbut.
itu soeharto merasa heran. bukankah ia dan pasukannya apalagi tujuan utama penyerangan bersifat politis, yakni
sudah empat kali melakukan serangan ke yogyakarta? memberitahukan kepada dunia internasional bahwa tni
rupanya empat kali serangan yang dilancarkannya tidak masih ada dan bahkan sanggup mengadakan perlawanan.
diketahui dunia. andaikan diketahui pun serangan itu tidak Persiapan penyerangan pun dilakukan dengan cermat.
SOEHART O:1966-199 7
Presiden Republik Indonesia FINAL REVISI 20082014 CETAK.indd 85 8/21/14 1:13 PM