Page 92 - PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
P. 92
92
atas (kiri dan kanan): suasana Pemilu 1971 dan penghitungan suara
hasil Pemilu 1971 untuk tPs luar negeri di Kemenlu tanggal 3 Juli
1971 (sumber: antara/iPPHos).
sebagai Pemilu yang pertama pada masa orde baru, pengalaman sejarah memperlihatkan bahwa sistem politik
kampanye masih harus mencari bentuknya. yang berpartai banyak ini bukan saja bisa menghambat
Dengan terlaksananya Pemilu maka mPr dan DPr telah proses pembangunan tetapi juga menyebabkan bangsa
bisa kembali berfungsi. setelah pelantikan anggota DPr/ mudah tergelincir pada situasi yang bersifat disintegratif.
mPr hasil Pemilu maka pada bulan maret 1973 mPr pun Dengan argumen bahwa setiap partai pada dasarnya
mengadakan sidang umum. Pada kesempatan ini mPr bertolak dari kesadaran penggabungan unsur spiritual dan
mensyahkan rancangan GbHn dan memilih soeharto sebagai material maka demi terjaminnya kesatuan nasional dan
Presiden dan sri sultan Hamengkubuwono iX sebagai Wakil stabilitas politik semacam reformasi dalam kehidupan
Presiden. sejalan dengan keharusan uuD 1945 maka ketika kepartaian harus dijalankan. Partai-partai yang lebih
itu pula Dewan Pertimbangan agung (DPa), yang dikatakan menekankan kehidupan spiritual daripada material
uuD berfungsi sebagai pemberi nasihat (diminta atau tidak (spiritual-material) harus digabung menjadi satu kesatuan.
diminta ) kepada Presiden, dan badan Pemeriksa Keuangan maka pada tanggal 5 Januari 1973 partai-partai politik
(bPK) mulai pula difungsikan. islam, seperti nu, Parmusi, Psii, dan Perti digabungkan
dalam Partai Persatuan Pembangunan (PPP), sedangkan
mELAKSANAKAN DEmOKRASI mELALUI PEmILU partai-partai yang lebih mempunyai kecenderungan pada
Hasil Pemilu tahun 1971 memperlihatkan bahwa “material-spiritual” seperti Partai Katolik, Parkindo, Pni,
masyarakat masih terpaku pada tradisi 1950-an ketika dan iPKi sejak tanggal 10 Januari 1973 resmi tergabung
berbagai aliran dan ideologi menampilkan diri sebagai dalam Partai Demokrasi indonesia (PDi). soeharto, dalam
partai politik. rupanya masa serba revolusioner otobiografinya, mengatakan bahwa dalam usaha mencari
Demokrasi terpimpin tidak begitu banyak pengaruhnya keseimbangan dan keharmonisan antara kehidupan
terhadap kecenderungan ideologis masyarakat-bangsa. material dan spiritual kita akhirnya menemukan jalan
meskipun demikian soeharto sadar bahwa hal ini tidak keluar. Di samping kedua kelompok tersebut ada pula
bisa diteruskan. ia mengambil keputusan “zaman serba kelompok tengah, yaitu Golongan Karya (Golkar), yang
revolusioner” tidak bisa dilanjutkan dengan suasana serba semula bernama sekber Golkar (sekretariat bersama
ideologi zaman demokrasi parlementer. indonesia sudah Golongan Karya). Pengelompokan tersebut secara formal
waktunya memasuki “zaman pembangunan”. bukankah berlaku pula pada fraksi di lingkungan DPr dan mPr.
SOEHART O:1966-199 7
Presiden Republik Indonesia FINAL REVISI 20082014 CETAK.indd 92 8/21/14 1:14 PM