Page 413 - Papua dalam arus sejarah bangsa
P. 413

lampau dialog selalu dikaitkan dengan   bukalah sesi tanya jawab, melainkan   dengan konteks historiografi   sesiap itu untuk menyambut “saudara”
 sikap Pemerintah Pusat yang akan   wadah bagi proses respect, genuine   nasional, dapat dimanfaatkan   barunya.
 menentang segala hal yang mengarah   interest, active listening, and practical   sebagai refleksi bagi masa lampau
 pada disintegrasi, serta sikap golongan   questioning. Jangan lupa pula bahwa   untuk membangkitkan unsur empati,   Kesan tersebut kemudian perlu diubah
 prokemerdekaan seperti OPM yang   hambatan-hambatan yang ada di masa   ketelatenan, dedikasi, dan keberpihakan   dengan tindakan yang berbasis pada
 akan selalu berpegangan pada   lalu telah “diangkat”, seperti misalnya   yang kuat terhadap kepentingan orang   perencanaan yang matang, yaitu dalam
 “kemerdekaan harga mati”, maka   pertentangan kepentingan pusat dan   asli (Widjojo 2009:230).  bentuk Papua Road Map yang dirancang
 di masa kini konotasi dialog telah   daerah, serta akuisisi besar saham   untuk ditawarkan kepada Pemerintah
 berubah. Di era Reformasi sendiri,   Freeport oleh Indonesia, walaupun   Bagaimana posisi Indonesia di mata   Pusat menjadi lembaga kenegaraan
 pemerintahan Presiden Yudhoyono telah   hambatan seperti ketimpangan sosial   masyarakat Papua, dan bagaimana   yang lebih ramah, merangkul, dan
 menunjukkan bahwa Pemerintah Pusat   dan ekonomi akan selamanya ada   kedudukan Papua bagi Indonesia?   berkeadilan. Selain itu, rencana ini juga
 tak lagi kaku soal dialog, terlihat dari   sampai Otonomi Khusus dapat benar-  Apakah Papua menjadi bagian   memetakan kompleksitas persoalan di
 bagaimana akhirnya konflik Aceh yang   benar mengakomodasi keinginan dan   dari keindonesiaan, ataukah justru   tingkat nasional dan lokal, antara lain
 meliputi Gerakan Aceh Merdeka (GAM)   kebutuhan masyarakat Papua (Widjojo   berseberangan? Secara diplomatis,   marjinalisasi, kegagalan pembangunan,
 dapat diselesaikan melalui dialog dan   2009:148-149).  Indonesia telah memenangkan   pelanggaran HAM, dan dialog
 kesepakatan bersama. Dialog kini telah   perlawanan terhadap kolonialisme   berkelanjutan. Dampaknya secara
 bermakna sama dengan musyawarah   Diplomasi melawan kolonialisme,   dengan masuknya Papua sebagai   signifikan tentu dapat menyelesaikan
 (Widjojo 2009:147).  sebagaimana dinyatakan oleh   bagian dari Indonesia, namun pada   persoalan-persoalan turunan dari
 Widjojo (2009), telah usai di tahun   perkembangannya Pemerintah   empat persoalan utama tersebut
 Sebelum dialog tersebut dilaksanakan,   1963. Namun, perjuangan untuk   Indonesia justru menerapkan   (Widjojo 2009:228).
 Pemerintah Pusat perlu kembali   menghadirkan nilai keindonesiaan   kuasa pusat yang terkesan tidak
 belajar pada sejarah di masa lampau,   belum usai di Papua oleh karena   menguntungkan bagi masyarakat   Setelah kompleksitas permasalahan
 seperti yang tercantum pada acara   cara penghadirannya yang salah   Papua.  dapat dipetakan, maka dapat
 International Workshop regarding   pada masa pascaPepera. Maka,   merupakan alternatif bagi penguraian
 Peace Building and Development in   konsep keindonesiaan tersebut perlu   Proses penyelarasan antara nilai   masalahnya. Pertama, terkait
 West Papua, Dialogue versus Violence:   diartikulasikan kembali sebagai suatu   keindonesiaan dengan nilai kepapuaan   marjinalisasi ekonomi dan politik akibat
 Hearing Other Voices yang diadakan   konsep yang lentur, dalam arti ukuran-  tersebut berjalan dengan sangat   migrasi di tahun 1970an, sehingga
 di University of Sydney, Australia pada   ukuran yang menjadi standar dalam   mencolok dengan adanya okupasi   perlu dikembangkan kesadaran untuk
 16-17 Agustus 2004. Persiapan yang   memaknai keindonesiaan harus   militer, tindakan represif yang banyak   memberdayakan masyarakat Papua.
 perlu diperhatikan dalam dialog untuk   disesuaikan dengan lokalitas yang ada   menunjukkan perilaku kekerasan dan   Kedua, terkait kegagalan pembangunan
 mencapai “kesepakatan baru” antara   dengan mengesampingkan ego Ibukota.   marjinalisasi, kegagalan pembangunan,   fasilitas pendidikan, kesehatan, serta
 Pemerintah Pusat dengan orang Papua   Peran sejarah, dalam bentuk penulisan   dan pengingkaran sejarah. Pemerintah   pemberdayaan ekonomi yang juga
 antara lain kesadaran bahwa dialog   sejarah lokal yang berkesinambungan   Indonesia kemudian terkesan tidak   dapat terselesaikan dengan adanya



                                                                                        3
 3966
 39  P PAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSAAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA  P PAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSAAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA  39797
   408   409   410   411   412   413   414   415   416   417   418