Page 411 - Papua dalam arus sejarah bangsa
P. 411

masa Otonomi Khusus, tapi perbaikan   setelah keluar dari alam kolonialisme   eksploitasi sumber daya alam yang   capaian tersebut sangat kasat mata.
 ini tidak muncul di media. Dengan   Belanda adalah berkenalan dan   didukung aspek politik yang tidak   Terlebih masih seringnya terjadi aksi-
 demikian, peran pers yang independen   kemudian (di)masuk(kan) ke dalam   berpihak ke rakyat setempat.  aksi kekerasan secara timbal balik
 dan obyektif dari lokal, nasional,   entitas politik NKRI pada 1962–1969.   antara “orang bersenjata” dengan
 dan internasional seharusnya dapat   Pengalaman “keterbukaan” kedua   Reformasi telah memberikan peluang,   anggota TNI/Polri, buruknya gizi, dan
 membantu menjernihkan permasalahan   adalah setelah “hilang tertelan”   sekaligus ancaman baru bagi kondisi   kematian balita dalam jumlah yang
 di Papua.  sejarahnya oleh Orde Baru yang   Papua yang telah lama tertekan,   tidak kecil. Termasuk banyaknya dan
 memerintah secara sentralistis dan   bahkan dengan stigma separatis yang   besarnya anggaran korupsi yang untuk
 Sejarah Papua bersifat kompleks dan   otoriter, sehingga tidak memungkinkan   sulit dilepaskan dari dirinya. Oleh   waktu lama tak tersingkap dan mulai
 berdimensi luas oleh karena berbagai   munculnya aspirasi kepermukaan.   karena itu, kesempatan pertama yang   ditangani.
 kepentingan yang terlibat di dalamnya.   Lebih daripada itu, pemerintah Orde   ingin digunakan dalam alam Reformasi
 Kerumitan mengenai masa lampau   Baru dipandang tidak adil terhadap   adalah “Papua Merdeka”. Dihadapkan   Masalahnya kemudian rupanya bukan
 yang terjadi dalam kehidupan di Papua   Papua karena dipandang “lebih   pada situasi yang sedemikian rupa,   saja “Jakarta Tipu Papua”, tetapi juga
 ditengarai disebabkan oleh karena   banyak mengambil dan sangat sedikit   Presiden Abdurrahman Wahid   ada ungkapan “Papua Tipu Papua”.
 secara struktural, permasalahan ini   memberi” kepada Papua. Terutama   merupakan presiden yang paling   Pembangunan yang dilakukan sebelum
 mencakup aspek geografi, budaya,   dilihat dari konteks pertambangan,   banyak memberikan konsesi bagi   masa Otonomi Khusus, nyatanya jauh
 sosial, ekonomi, dan politik. Suatu   ketika pemerintah pusat hanya berfokus   masyarakat Papua, antara lain   lebih banyak daripada setelahnya,
 cakupan yang sangat luas dan begitu   pada hasil pertambangan tembaga   izin terkait penggunaan kembali   sehingga ironi merupakan kata yang
 mendasar jika diperhatikan lebih lanjut.   dan emas yang dikeruk habis dalam   nama “Papua” untuk menggantikan   tepat dalam menggambarkan upaya-
 Aspek keamanan juga termasuk, jika   kerangka investasi, dan sebaliknya   nama “Irian Jaya” yang disematkan   upaya pemerintah di periode yang telah
 yang dimaksud sebagai konflik—yang   kemiskinan dan kerusakan lingkungan   Pemerintah Orde Baru. Sikap itu   dibahas dalam bagian ini. Begitulah
 seringkali menggunakan senjata,   yang luput dari atensi. Secara   saja, sesungguhnya telah memberi   kompleksitas masalah dan isu Papua
 sebetulnya karena tersumbatnya jalur   struktural, kondisi ketidakadilan itulah   kepuasan sesaat bagi mereka yang   dalam sejarah kontemporer yang
 komunikasi dan pemecahan masalah   pada umumnya yang menjadi faktor   “dahaga” karena sudah terlalu   masih terus bergulir. Membicarakan
 pada tingkat awal.  munculnya gerakan separatis. Namun   lama merasa kehilangan “identitas”.   kemungkinan dialog pada masa itu
 sayangnya, pendekatan militer dan   Masyarakat Papua seperti mendapat   dianalogikan seperti “merebus batu”
 Secara geokultural, Papua terlalu cepat   kekerasan yang dipilih dan diambil oleh   pengakuan dari tindakan Gus Dur   (Widjojo 2009:145), suatu kegiatan
 memasuki dunia “keterbukaan” dan   pemerintah untuk mengatasi masalah   tersebut. Tetapi sayangnya, lagi-lagi   yang diupayakan secara terus-menerus
 “globalisasi” yang justru membuat   tersebut. Ditinjau dari segi budaya,   praktik dari kebijakan pemerintah   namun tidak akan bisa membuahkan
 masyarakatnya terpinggirkan karena   kondisi tergerusnya makna nilai-  daerah, dan kini ada dua provinsi   hasil yang dapat dinikmati. Akan
 ketidakmampuannya bersaing dengan   nilainya seiring munculnya perubahan   dari rencana pemekaran tiga provinsi,   tetapi, di sinilah titik atau celah bagi
 perubahan cepat. Pengalaman Papua   karena masuknya pendatang dari   ternyata tidak memenuhi harapan   Pemerintah Pusat untuk memutuskan
 menghadapi keterbukaan pertama kali   bagian Indonesia lainnya, serta kondisi   dan cita-cita Reformasi. Indikator   siklus konflik di Papua. Jika di masa



 3944
 39  P PAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSAAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA  PAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA 395APUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA 395
                                                             P
   406   407   408   409   410   411   412   413   414   415   416