Page 410 - Papua dalam arus sejarah bangsa
P. 410
masa Otonomi Khusus, tapi perbaikan setelah keluar dari alam kolonialisme eksploitasi sumber daya alam yang capaian tersebut sangat kasat mata.
ini tidak muncul di media. Dengan Belanda adalah berkenalan dan didukung aspek politik yang tidak Terlebih masih seringnya terjadi aksi-
demikian, peran pers yang independen kemudian (di)masuk(kan) ke dalam berpihak ke rakyat setempat. aksi kekerasan secara timbal balik
dan obyektif dari lokal, nasional, entitas politik NKRI pada 1962–1969. antara “orang bersenjata” dengan
dan internasional seharusnya dapat Pengalaman “keterbukaan” kedua Reformasi telah memberikan peluang, anggota TNI/Polri, buruknya gizi, dan
membantu menjernihkan permasalahan adalah setelah “hilang tertelan” sekaligus ancaman baru bagi kondisi kematian balita dalam jumlah yang
di Papua. sejarahnya oleh Orde Baru yang Papua yang telah lama tertekan, tidak kecil. Termasuk banyaknya dan
memerintah secara sentralistis dan bahkan dengan stigma separatis yang besarnya anggaran korupsi yang untuk
Sejarah Papua bersifat kompleks dan otoriter, sehingga tidak memungkinkan sulit dilepaskan dari dirinya. Oleh waktu lama tak tersingkap dan mulai
berdimensi luas oleh karena berbagai munculnya aspirasi kepermukaan. karena itu, kesempatan pertama yang ditangani.
kepentingan yang terlibat di dalamnya. Lebih daripada itu, pemerintah Orde ingin digunakan dalam alam Reformasi
Kerumitan mengenai masa lampau Baru dipandang tidak adil terhadap adalah “Papua Merdeka”. Dihadapkan Masalahnya kemudian rupanya bukan
yang terjadi dalam kehidupan di Papua Papua karena dipandang “lebih pada situasi yang sedemikian rupa, saja “Jakarta Tipu Papua”, tetapi juga
ditengarai disebabkan oleh karena banyak mengambil dan sangat sedikit Presiden Abdurrahman Wahid ada ungkapan “Papua Tipu Papua”.
secara struktural, permasalahan ini memberi” kepada Papua. Terutama merupakan presiden yang paling Pembangunan yang dilakukan sebelum
mencakup aspek geografi, budaya, dilihat dari konteks pertambangan, banyak memberikan konsesi bagi masa Otonomi Khusus, nyatanya jauh
sosial, ekonomi, dan politik. Suatu ketika pemerintah pusat hanya berfokus masyarakat Papua, antara lain lebih banyak daripada setelahnya,
cakupan yang sangat luas dan begitu pada hasil pertambangan tembaga izin terkait penggunaan kembali sehingga ironi merupakan kata yang
mendasar jika diperhatikan lebih lanjut. dan emas yang dikeruk habis dalam nama “Papua” untuk menggantikan tepat dalam menggambarkan upaya-
Aspek keamanan juga termasuk, jika kerangka investasi, dan sebaliknya nama “Irian Jaya” yang disematkan upaya pemerintah di periode yang telah
yang dimaksud sebagai konflik—yang kemiskinan dan kerusakan lingkungan Pemerintah Orde Baru. Sikap itu dibahas dalam bagian ini. Begitulah
seringkali menggunakan senjata, yang luput dari atensi. Secara saja, sesungguhnya telah memberi kompleksitas masalah dan isu Papua
sebetulnya karena tersumbatnya jalur struktural, kondisi ketidakadilan itulah kepuasan sesaat bagi mereka yang dalam sejarah kontemporer yang
komunikasi dan pemecahan masalah pada umumnya yang menjadi faktor “dahaga” karena sudah terlalu masih terus bergulir. Membicarakan
pada tingkat awal. munculnya gerakan separatis. Namun lama merasa kehilangan “identitas”. kemungkinan dialog pada masa itu
sayangnya, pendekatan militer dan Masyarakat Papua seperti mendapat dianalogikan seperti “merebus batu”
Secara geokultural, Papua terlalu cepat kekerasan yang dipilih dan diambil oleh pengakuan dari tindakan Gus Dur (Widjojo 2009:145), suatu kegiatan
memasuki dunia “keterbukaan” dan pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut. Tetapi sayangnya, lagi-lagi yang diupayakan secara terus-menerus
“globalisasi” yang justru membuat tersebut. Ditinjau dari segi budaya, praktik dari kebijakan pemerintah namun tidak akan bisa membuahkan
masyarakatnya terpinggirkan karena kondisi tergerusnya makna nilai- daerah, dan kini ada dua provinsi hasil yang dapat dinikmati. Akan
ketidakmampuannya bersaing dengan nilainya seiring munculnya perubahan dari rencana pemekaran tiga provinsi, tetapi, di sinilah titik atau celah bagi
perubahan cepat. Pengalaman Papua karena masuknya pendatang dari ternyata tidak memenuhi harapan Pemerintah Pusat untuk memutuskan
menghadapi keterbukaan pertama kali bagian Indonesia lainnya, serta kondisi dan cita-cita Reformasi. Indikator siklus konflik di Papua. Jika di masa
3944
39 P PAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSAAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA PAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA 395APUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA 395
P