Page 407 - Papua dalam arus sejarah bangsa
P. 407

proses perumusan Otonomi Khusus,   mengeluarkan Instruksi Presiden   Konflik mengenai Otonomi Khusus   terjadi perubahan ciri fisik, termasuk
 sehingga mereka merasa curiga ada   (Inpres) No. 1 Tahun 2003 mengenai   terjadi di level elit dan level masyarakat   juga dengan agama yang mereka
 agenda separatis dibaliknya. (Widjojo,   Percepatan Pemekaran Provinsi Irian   Papua. Pada saat itu, sempat terbagi   yakini. Hal tersebut berarti bukan hanya
 Bola Liar Kegagalan Otonomi Khusus).  Jaya Barat. Hal ini dianggap sebagai   dua, antara pendukung otonomi khusus   umat beragama Kristen saja yang
 strategi untuk melemahkan pengaruh   (Provinsi Papua) dengan pendukung   bermukim di Papua.
 Sebagai hasil dari UU Otonomi Khusus   separatis yang ada di Jayapura.   pemekaran (Provinsi Irian Jaya Barat).
 untuk Papua, terdapat tiga lembaga   Peraturan Pemerintah (PP) No. 54 Tahun   Pada tahun 2004, setelah ditetapkan   Mengenai permasalahan Hak Asasi
 pemerintahan di Papua yang saling   2004 mengenai MRP sendiri baru   PP No. 54 Tahun 2004 tentang MRP,   Manusia di Papua, UU Otonomi
 bekerja sama satu dengan yang   dikeluarkan pada akhir tahun 2004.  masalahnya menjadi bergeser ke siapa   Khusus tidak banyak memberikan
 lainnya. Lembaga pemerintahan itu,   yang akan mengisi kursi Majelis Rakyat   solusi. Isu Hak Asasi Manusia
 di antaranya Pemerintah Daerah   Selain dari terbentuknya tiga lembaga   Papua (MRP). Badan ini sendiri terbagi   di Papua yang terjadi karena
 Provinsi Papua (Gubernur dan   pemerintah sebagai perwujudan dari   dalam 42 anggota dan 14 daerah   pendekatan militeristik belum banyak
 Jajarannya), Dewan Perwakilan Rakyat   Otonomi Khusus, terdapat kelompok-  pemilihan di Papua, meliputi 14 orang   berubah di masa awal pemberlakuan
 Papua (DPRP), dan Majelis Rakyat   kelompok di masyarakat Papua yang   perwakilan dari unsur agama, adat,   Otonomi Khusus. Penelitian dari LIPI
 Papua (MRP). MRP dapat dikatakan   dominan dalam menyampaikan   dan perempuan. Panitia pemilihan MRP   pada 2005 mengungkapkan bahwa
 sebagai sebagai satu poin penting UU   aspirasi masyarakat Papua sejak   diambil alih oleh Kesatuan Bangsa   TNI masih lebih dominan untuk
 Otonomi Khusus karena merupakan   2003. Kelompok-kelompok ini terdiri   Daerah (Kesbangda) dari Kemendagri.  menjaga stabilitas pertahanan dan
 “representasi kultural orang asli Papua   dari: Dewan Adat Papua (DAP) dan   keamanan dibanding Polri. Dengan
 yang memiliki wewenang tertentu   Presidium Dewan Papua (PDP).   Dalam proses pembentukan UU   demikian, kasus-kasus kekerasan
 dalam rangka perlindungan hak-hak   Keduanya memiliki peran yang cukup   Otonomi Khusus ini, wacana pencarian   yang terjadi di Papua masih dianggap
 orang asli Papua.” (Butir G, UU No. 21   sentral dalam wacana perpolitikan   identitas “orang Papua” yang berbeda   sebagai permasalahan kedaulatan
 Tahun 2001) yang memiliki wewenang   di Papua. Kelompok-kelompok   dengan “orang Indonesia” semakin   yang harus ditangani secara militer,
 sebagai badan pertimbangan dan   lain, seperti Lembaga Keagamaan,   menguat. Orang Papua diidentifikasikan   bukan sipil. Hal ini berdampak pada
 pengawas pelaksanaan Otonomi   Lembaga Sosial Masyarakat (LSM)   sebagai bagian dari ras Melanesia,   upaya penegakan Hak Asasi Manusia
 Khusus. Akan tetapi, pemerintah pusat   nasional dan internasional, memiliki   dengan ciri dominan seperti berkulit   di Papua. Dalam pembahasan
 terlambat memilih anggotanya hingga   jaringan di tingkat lokal. Mereka   hitam, berambut keriting, dan   selanjutnya, akan terlihat bagaimana
 tiga tahun setelah diberlakukannya   adalah para buruh, kelompok profesi,   beragama Kristen. Padahal, banyak   gerakan perlawanan di Papua dari
 Otonomi Khusus. Suatu hal yang   transmigran (petani), dan masyarakat   orang Papua, terutama di Fakfak,   masa Presiden Megawati hingga
 menjadi polemik tersendiri karena   lokal (peramu), dan kelompok garis   Kaimana, P. Adi, Raja Ampat, Serui,   Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
 pemerintah terkesan tidak sinkron   keras (bersenjata). Masing-masing dari   dan Sorong yang kenyataannya tidak   seringkali direspon dengan tindakan
 dengan semangat Otonomi Khusus (LIPI   kelompok ini memiliki perspektif dan   memiliki ciri-ciri seperti itu. Mereka   angkat senjata. Selain itu, bukti yang
 2005:3). Pada saat MRP belum dibentuk   strategi sendiri terhadap penanganan   sudah bercampur baur dengan ras lain   muncul memaparkan bahwa upaya
 ini, pemerintahan Presiden Megawati   konflik di Papua.  selama ratusan tahun, sehingga telah   penegakan “legitimasi TNI” ini tidak



                                                                                        3
 39  P PAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSAAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA  P PAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSAAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA  39191
 3900
   402   403   404   405   406   407   408   409   410   411   412