Page 404 - Papua dalam arus sejarah bangsa
P. 404

Presiden Habibie. Pada masa itu,        mengatur pemekaran Provinsi Irian Jaya                     Khusus bagi Provinsi Papua” akhirnya        hak dasar penduduk asli Papua;”
                      upaya untuk mengubah format             Tengah dan Irian Jaya Barat. Selain                        selesai dibuat dan mulai diberlakukan       (Butir H, Undang-Undang No. 21
                      pembangunan Indonesia dari              itu, diatur juga pemekaran Kabupaten                       sejak masa Presiden Megawati                Tahun 2001)
                      sentralisasi ke desentralisasi sudah    Paniai, Mimika, Jayapura, dan Sorong.                      Soekarnoputri. Melalui UU No. 21
                      mulai dilakukan. Presiden Habibie       Kebijakan Pemekaran Wilayah di Papua                       Tahun 2001, pemerintah mengatur         Undang-Undang No. 21 Tahun 2001
                      mendorong Otonomi Daerah melalui        ini segera ditolak oleh masyarakat                         lahirnya perangkat regulasi untuk       terdiri dari 24 Bab dan 79 Pasal. UU
                      UU No. 22 tahun 1999, suatu             Papua, termasuk dari jajaran                               Papua. Dalam UU ini, pemerintah         ini mengatur, di antaranya pembagian
                      kebijakan yang mendorong semangat       Pemerintah Daerah Papua. Dalam                             mengakui beberapa butir penting         daerah di Papua, kewenangan daerah,
                      pembangunan di daerah-daerah,           situasi ini, MPR RI segera menyusun                        sebagai berikut:                        bentuk dan susunan pemerintahan,
                      termasuk di Papua. Di samping itu,      suatu ketetapan untuk memberikan                           a.  “... bahwa penyelenggaraan          kewenangan memiliki partai politik
                      Presiden Habibie juga mendorong         status Otonomi Khusus kepada                                   pemerintahan dan pelaksanaan        sendiri, hingga masalah kewenangan
                      terciptanya satu ruang dialog bagi      Papua. Melalui Tap MPR No. 4 Tahun                             pembangunan di Provinsi Papua       jaminan hidup kepada penduduk Papua.
                      kelompok yang prointegrasi dengan       1999, MPR meminta agar pemerintah                              selama ini belum sepenuhnya
                      RI dan yang prokemerdekaan Papua        memberikan Otonomi Khusus, yang                                memenuhi rasa keadilan, belum       Tokoh-tokoh lahirnya UU Otonomi
                      melalui pembentukan “Tim Seratus”.      berarti aspirasi masyarakat Papua dapat                        sepenuhnya memungkinkan             Khusus adalah para intelektual dan
                                                              lebih didengar dalam penyusunan                                tercapainya kesejahteraan rakyat,   aktivis LSM dari Papua, didukung oleh
                      Selama itu, belum pernah ada, satu      peraturan serta penyelenggaraan                                belum sepenuhnya mendukung          anggota DPR RI dari Papua, serta
                      wadah pun yang memberi kesempatan       pemerintahan di Papua (Widjojo                                 terwujudnya penegakan               Gubernur Papua, Jaap Solossa. Orang
                      kepada para tokoh Papua dan             2009:110-111).                                                 hukum, dan belum sepenuhnya         Papua dalam penyusunan Otonomi
                      Pemerintah Pusat untuk berdialog.                                                                      menampakkan kehormatan              Khusus lebih banyak dilibatkan.
                      Anggota Tim ini di antaranya adalah     Sejak dikeluarkannya Tap MPR                                   terhadap Hak Asasi Manusia          Sayangnya, UU Otonomi Khusus ini
                      tokoh-tokoh radikal Papua yang          No. 4 Tahun 1999, pembahasan                                   di Provinsi Papua, khususnya        tidak melibatkan masyarakat Papua
                      tentunya memiliki aspirasi untuk        mengenai Otonomi Khusus untuk                                  masyarakat Papua;” (Poin F, UU No.   secara “langsung”. Seperti halnya yang
                      merdeka. Namun, rekomendasi             Papua semakin intensif. Presiden                               21 Tahun 2001)                      disampaikan oleh Widjojo (1997), di
                      atau tuntutan dari “Tim Seratus”        Abdurrahman Wahid (Gus Dur) juga                           b.  “... bahwa pengelolaan dan          tengah situasi konflik di Papua, tidak
                      tidak menjadi dasar dari kebijakan      mendorong Otonomi Khusus dengan                                pemanfaatan hasil kekayaan alam     dilibatkannya masyarakat luas Papua
                      selanjutnya. Di tahun yang sama,        menginisiasi penyusunan rancangan                              Provinsi Papua belum digunakan      dalam penyusunan UU Otonomi
                      pemerintahan Presiden Habibie           (draft) Otonomi Khusus. Pada masa                              secara optimal untuk meningkatkan   Khusus, disambut dengan sikap antipati
                      mengeluarkan kebijakan Pemekaran        pemerintahan yang dipimpin oleh                                taraf hidup masyarakat asli,        di daerah. Kelompok yang bertikai, di
                      Wilayah yang dianggap semakin           Gus Dur, nama Irian Jaya berubah                               sehingga telah mengakibatkan        antaranya OPM, PDP, dan kelompok
                      bertentangan dengan aspirasi “Tim       menjadi Papua sebagai salah satu                               terjadinya kesenjangan antara       prokemerdekaan lainnya tidak sepakat
                      Seratus” (Widjojo 2009:111). Melalui    upaya pemerintah pusat menyerap                                Provinsi Papua dan daerah lain,     dengan Otonomi Khusus. Bahkan, pihak
                      UU No. 45 tahun 1999, pemerintah        aspirasi di Papua. Kebijakan “Otonomi                          serta merupakan pengabaian hak-     TNI juga merasa tidak dilibatkan dalam



                   38     P PAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSAAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA                                                                                 PAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA 389APUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA 389
                   3888
                                                                                                                                                                          P
   399   400   401   402   403   404   405   406   407   408   409