Page 92 - Papua dalam arus sejarah bangsa
P. 92

di waktu itu pula “Janji kemerdekaan”   seketika Proklamasi Kemerdekaan                            Jadi peliharalah rasa kekaguman         pemerintah negara-bangsa yang telah
                      telah kehilangan kredibilitasnya.       Indonesia telah dikumandangkan, di                         ketika membaca lembaran-lembaran        menjadikan Yogyakarta, sebagai ibu
                                                              waktu itu pulalah semua keputusan                          kisah sejarah “perang kemerdekaan”      kota sementara. Bukankah Jakarta—
                      Betapa pun tentara pendudukan Jepang    yang telah dihasilkan oleh para                            yang menguraikan betapa para            “kota Proklamasi”—telah diduduki
                      bukan saja secara militer masih teramat   pemenang—sang penguasa kolonial                          pemuda terjun ke medan perang tanpa     tentara Sekutu, sang pemenang
                      kuat, tetapi kekuatan militer ini pun   lama—diperlakukan sebagai hal                              senjata yang lengkap tetapi dengan      Perang Dunia II, dan kemudian
                      telah diharuskan untuk menanggung       yang irrelevant, betapa pun sikap ini                      begitu saja menerjunkan diri ke dalam   pendudukannya dilanjutkan oleh
                      beban yang ditimpakan oleh sang         berarti penentangan yang frontal                           kancah perjuangan kemerdekaan.          militer Belanda?Tetapi akhirnya—di
                      pemenang—negara-negara Sekutu.          terhadap kekuatan sang pemenang                            Tekanlah pula rasa keprihatinan         saat pergumulan bangsa dalam usaha
                      Militer Jepang harus menjaga status     itu. Kesemua keputusan yang dibuat                         nasionalisme, seketika mengetahui       mempertahankan kemerdekaan masih
                      quo politik. Negeri yang secara formal   sang pemenang—mantan penguasa                             betapa pernah juga Negara Republik      berkecamuk—dunia internasional
                      “Hindia Belanda” ini harus dikembalikan   kolonial—kini telah dilihat sebagai                      Indonesia terpecah-pecah atas sekian    tidak bisa lagi berdiam diri. Dunia
                      pada situasi ketika Perang Pasifik belum   pengingkaran terhadap kepantasan                        banyak apa yang disebut “negara         yang telah jenuh dengan Perang
                      meletus dan Dai Nippon belum pula       etnis dari peradaban modern. Bukankah                      bagian”. Entah karena hasutan kaum      Dunia II dan Perang Pasifik serta
                      melancarkan Dai Toa Senso “perang       kehadiran kolonialisme tidak lain                          penjajah, entah karena paksaan          masyarakat internasional yang telah
                      Asia Timur Raya”. Jadi tugas utama dari   daripada ketiadaan kesadaran atas                        militer sang aggressor—sang penjajah    pula semakin menyadari ketangguhan
                      militer Jepang yang telah kalah perang   keberlakuan hasrat kemanusiaan yang                       sebelum perang—atau mungkin juga        anak bangsa dan gerilyawan dalam
                      itu ialah menjamin kembalinya wilayah                                                              karena hasrat politik tokoh lokal,      mempertahankan tanah air, akhirnya
                      yang dulu disebut “Hindia Belanda” ke   hakiki? Begitulah, seketika rentetan                       tetapi yang jelas ialah betapa sekian   menampilkan diri juga. Begitulah
                      tangan sang penguasa lama—siapa lagi    kejadian yang teramat dramatis ini                         banyak apa yang disebut “negara         atas desakan dunia internasional, di
                      kalau bukan pemerintah kolonial Hindia   telah terjadi, maka yang tinggal                          federal” memunculkan dirinya. Daerah    samping ketangguhan pertahanan
                      Belanda. Bukankah pemerintah kolonial   hanyalah kesiapsiagaan dan kesediaan                       melepaskan diri dari hubungan           anak bangsa dalam mempertahankan
                      Hindia Belanda, sebagaimana halnya      berkorban untuk mewujudkan                                 langsung dengan pemerintah Republik     kemerdekaan, maka jalan perundingan
                      dengan Kerajaan Belanda, adalah         keputusan nasional—bangsa Indonesia                        Indonesia yang berpusat di Yogyakarta   untuk menuju penyelesaian konflik
                      bagian dari blok militer yang telah     harus mengayunkan kaki untuk                               dan menyebut diri sebagai “negara       antar-bangsa ini ditempuh juga. Di
                      tampil sebagai “sang pemenang”?Tetapi   melangkah memasuki “pintu gerbang                          bagian” dari sebuah Republik yang       saat kemenangan mungkin terasa telah
                      Proklamasi Kemerdekaan tidak bisa       kemerdekaan”. Selanjutnya biarlah                          kehadirannya masih dipertengkarkan.     berada dalam genggaman—ibukota
                      berarti lain selain daripada peniadaan   kenangan dan cacatan sejarah yang                         Begitulah ketika saat yang paling       Republik Indonesia telah diduduki,
                      arti dari segala rencana yang telah     berkisah tentang betapa semboyan                           kritis sedang dihadapi negara-          para pemimpin utamanya telah pula
                      dibuat oleh sang pemenang dari          “ merdeka atau mati” dan “sekali                           bangsa, Republik Indonesia, hanya       berada dalam tawanan—akhirnya
                      perang yang pernah dinamakan            merdeka tetap merdeka ” akhirnya                           tinggal tiga-empat wilayah yang         pemerintah Belanda harus mendengar
                      penguasa Dai Nippon sebagai “perang     membawa bangsa berada dalam                                tetap teguh menyatakan diri sebagai     desakan dunia internasional.
                      Asia Timur Raya” itu. Maka begitulah,   sebuah negara yang merdeka.                                bagian yang tidak terpisahkan dari      Bukankah di balik kemenangan



                                                                                                                                                                                                      77
                   76     P PAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSAAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA                                                                                 P PAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSAAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA  77
                   76
   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96   97