Page 487 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 487

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                keamanan  pada  waktu  Sekutu  mendarat.  Abd  Syukur  akan  menemui
                perwira  Jepang  tersebut guna  merundingkan  pelaksanaan  tugas-tugas
                keamanan dan soal senjata. Sugimori bersemangat memberikan senjata
                secukupnya,  asal  melalui  persetujuan  dengan  kepemimpinan  politik
                                                                       22
                Bangsa Indonesia pro-kemerdekaan di Makassar ketika itu.
                        Bersama  Abdul  Syukur,  Letnan  Kawamura  menemui  salah
                seorang  pemuda  pendukung  kemerdekaan.  Ternyata,  Manai  Sophian
                kurang tertarik dengan rencana bekas Kaigun Heiho. Dalam pertemuan
                tanggal  27  Agustus  1945  itu,  Manai  Sophian  menganjurkan
                pembentukan  organisasi  dengan  pendukung  kemerdekaan  tanpa
                persenjataan  militer.  Rupanya  Manai  Sophian  dalam  sikapnya  itu
                berdasarkan jalan pikiran Dr. G.S.S.J. Ratulangie yang dalam kepalanya
                penuh pertimbangan matang bahwa dalam waktu singkat Sekutu akan
                mendarat  dengan  persenjataan    lengkap.  Tentu  saja,  Manai  Sophian
                disalahkan  dalam  penolakan  itu,  dan  sangat  mengecewakan  para
                pemuda militan.
                        Dalam keadaan kecewa di kalangan pemuda, pada tanggal 28
                Agustus1945,  Dr.  G.S.S.J.  Ratulangi  mengadakan  pertemuan  dengan
                tokoh-tokoh  SUDARA  di  Makassar.  Di  sini  pun  terdengar  nada-nada
                kekecewaan,  yang  ditujukan  kepada  Dr.  G.S.S.J.  Ratulangie.  Kecaman
                tajam dilemparkan sebagian anggota rapat, terutama oleh Najamuddin
                Daeng Malewa, yang memang memiliki haluan politik berbeda. Setelah
                aparat  Belanda/NICA  mengambil  alih  kekuasaan  dari  Sekutu,  Dr.
                Ratulangie  ditangkap  pada  5  April  1946,  dan  Najamuddin  Daeng
                Malewa  menjadi  aparat  NICA  terpercaya.  Para  pemuda  semakin  yakin
                akan  kegagalan  perjuangan  diplomasi  yang  dikembangkan  oleh
                Ratulangi.
                          23
                        Sesungguhnya  rakyat  Sulawesi Selatan mendukung  Dr.  G.S.S.J.
                Ratulangi  sebagai  gubernur.  Mereka  bersama  para  raja  bersedia
                bekerjasama  dengan  gubernur.  Akan  tetapi,  sang  gubernur  bersikap
                terlalu  hato-hati,  khawatir  akan  timbul  pertumpahan  darah  apabila
                berhadapan dengan pasukan Sekutu yang akan mendarat. Dr. Ratulangi
                mengadakan  perjalanan  ke  Pare-pare  terus  ke  Wajo  dan  Watampone,
                sedangkan ke Luwu dikirim A.N. Hajarati yang meneruskan perjalannan
                ke Poso Sulawesi Tengah. Daerah-daerah sebelah selatan Kota Makassar
                dikunjungi  Lanto  Daeng  Pasewang,  mulai  dari  Gowa,  Takalar,
                Jeneponto,  Bantaeng  (Bonthain),  Bulungkumba;  Lanto  Daeng




                                                                                 475
   482   483   484   485   486   487   488   489   490   491   492