Page 111 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 111

Sejarah Pemikiran Indonesia Modern




                Dalam kongres tersebut Siti Munjiah dari Aisyiah menyampaikan kritik
                terhadap    tingginya  perceraian  yang  diakibatkan  kawin  paksa.
                Disamping  itu  masalah  mode  pakaian  juga  tidak  luput  dari  kritiknya.
                Menurutnya model pakaian yang berganti-ganti terus dan tidak menutup
                aurat supaya dicegah agar tidak masuk ke dalam puteri-puteri Indonesia.
                Masuknya  budaya  barat  akan  merusak  budaya  kita,  sehingga  tidak
                                                                          59
                semua pengetahuan barat dapat diambil tetapi harus disaring.
                        Dalam  perkembangan  selanjutnya,  kongres  Permufakatan
                Perikatan  Perempuan  Indonesia  (PPPI),  28  –  31  Desember  1929  di
                Jakarta,    dibicarakan    tentang  kewajiban  wanita  dalam  hidup  sosial,
                ekonomi  dalam  perkawinan  dan  keluarga,  tentang  poligami,  kawin
                paksa dan perkawinan anak-anak. Dalam kongres juga disepakati telah
                terjadi penggabungan beberapa organisasi  sehingga nama PPPI diubah
                menjadi Perikatan Perhimpunan Isteri Indonesia (PPII) agar lebih jelas
                bahwa organisasi bukanlah merupakan fusi tetapi merupakan gabungan
                perkumpulan  (federasi).  Tujuan  organisasi  mengadakan  hubungan
                diantara  perkumpulan-perkumpulan  wanita  untuk  memperbaiki  nasib
                dan derajat wanita Indonesia dan tidak mencampuri politik dan agama.
                Selain  itu  dimajukan  mosi  kepada  pemerintah  untuk  melarang
                pergundikan.  Dalam  kongres  ini  disepakati  untuk  menerbitkan  surat
                kabar  ‘Isteri’ yang terbit di Jakarta, selain itu juga didirikan Studi Fonds
                                              60
                PPII dengan nama Seri Derma.
                        Karena kecewa dengan hasil kongres perempuan 1928, Sukarno
                menganjurkan kaum perempuan nasionalis agar mengorganisasi gerakan
                mereka  sendiri  di  luar  gerakan  nasionalis  yang  didominisasi  laki-laki.
                Sukarno  mencari  dukungan  di  kalangan  kaum  perempuan  nasionalis
                pada suatu rapat yang diketua Suwarni Djojoseputro kemudian menjadi
                Suwarni  Pringgodigdo  di  Bandung  1929,  Sukarno  menyatakan
                menentang  keras  poligami  dan  menyerukan  kaum  perempuan
                menyokong perjuangan nasional. Metafora yang digunakan ialah Wara
                Srikandi,  prajurit  putri  dan  salah  satu  isteri  Arjuna,  tokoh  pahlawan
                dunia  wayang.  Atas  dukungan  Sukarno  inilah,  Suwarni  Djojoseputro
                                                                               61
                mendirikan Isteri Sedar, organisasi perempuan yang paling radikal.
                        Pada  tahun  1930-an  muncul  kesadaran  tentang  organisasi
                pemudi yang merasa tidak cocok dengan organisasi pemuda yang sudah
                ada.  Untuk  itu  pada  22  Maret  1930  di  Bandung  berdiri  Isteri  Sedar,
                dipimpin    Suwarni    Djojoseputro.   Perkumpulan    ini   bertujuan
                meningkatkan kesadaran wanita Indonesia dan derajat hidup Indonesia
                untuk meletakkan dan menyempurnakan Indonesia merdeka. Meskipun
                dalam  anggarannya  dikatakan  bahwa  Isteri  Sedar  tidak  masuk  dalam
                wilayah  politik,  Isteri  Sedar  memberi  kesempatan  kepada  anggotanya



                                              Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya   103
   106   107   108   109   110   111   112   113   114   115   116