Page 110 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 110
Sejarah Pemikiran Indonesia Modern
Disamping perkumpulan dari wanita Muslim, wanita Katholik
juga mendirikan perkumpulan dengan nama Wanito Katholik.
Sebelumnya pernah ada perkumpulan De Katholieke Vrouwen Bond yang
sebagian anggota adalah wanita bangsa Belanda yang beragama
Katholik. Wanito Katholik terbentuk berkat usaha R Ay. Maria Sulastri
Darmoseputro. Ketika itu, ia mengemukakan gagasannya untuk
mendirikan perkumpulan wanita Katholik pribumi kepada Pastur HV.
Driesche SY. Pastur menyetujui gagasan tersebut sehingga pada 26 Juni
1924 di gedung Zusteran St Franciscus Asisi Yogyakarta diadakan rapat
untuk membentuk perkumpuluan tersebut. Rapat dihadiri 120 orang,
dan berhasil menyusun kepengurusan Wanito Katholik dengan ketua R
57
Ay. Catharina Harjodiningrat.
Selain itu, ada perkumpulan wanita di daerah-daerah seperti Ina
Tuni di Ambon yang membantu aksi Sarekat Ambon, Wanito Utomo,
Wanito Muljo, berdiri di Yogyakarta, di Surabaya ada Puteri Budi Sejati.
Perkumpulan pelajar puteri juga mengadakan organisasi pemudi-pemudi
pelajar, diantaranya Puteri Indonesia bagian dari Pemuda Indonesia,
Jong Islamieten Bond Dames Afdeling (JIBDA), Jong Java Bagian
gadis, organisasi Wanita Taman Siswa.
Gagasan-gagasan ke-Indonesiaan yang semakin kuat, telah
menghantarkan organisasi perempuan dalam suatu kongres perempuan
Indonesia I di Yogyakarta, Sabtu malam tanggal 22 – 25 Desember 1928
yang diprakarsai 7 organisasi wanita yaitu Wanito Utomo, Wanito
Taman Siswo, Putri Indonesia, Wanita Katholik, Jong Java bagian
Gadis (meisjesking), Aisyiah, Jong Islamieten Bond Domes Afdeeling
bagian wanita (JIBDA). Kongres bertujuan mempersatukan cita-cita dan
usaha untuk memajukan wanita Indonesia dan mengadakan gabungan
antara perkumpulan wanita. Kongres Perempuan pertama yang dihadiri
hampir 30 organisasi wanita dari seluruh Jawa dan Sumatera.
Adapun hasil keputusan kongres Perempuan Pertama adalah:
a. mendirikan badan permufakatan dengan nama Perikatan
Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI)
b. mendirikan studie fonds untuk anak-anak perempuan yang tidak
mampu membayar biaya sekolah dan berusaha memajukan
kepanduan putri.
58
c. Mencegah perkawinan di bawah umur.
102 Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya