Page 287 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 287

Sejarah Pemikiran Indonesia Modern




                Juwono  Sudarsono, profesor Ilmu Hubungan Internasional Universitas
                Indonesia, mantan Menteri Pertahanan, pernah mengemukakan bahwa
                bangsa  Indonesia  memiliki  dua  pemimpin  nasional  yang  memberikan
                sumbangan  besarnya  sehingga  disebut  sebagai  “pembangun  bangsa”
                (nation  builder)  yakni  Presiden  Sukarno,  sedangkan  Presiden  Soeharto
                disebut  sebagai  “pembangun  negara”  (state  builder).  Dalam  masa
                Soeharto  memang  tampak  semakin  terintegrasinya  wilayah  negara
                kesatuan  Indonesia.  Banyak  jaringan  infrastruktur  jalan  darat  maupun
                pelabuhan dibangun dalam masa ini.

                        Tahun 1980-an, Presiden Soeharto mengatakan “Kita di tengah
                Dunia  Sekarang”  dunia  masih  jauh  dari  aman.  Pertarungan  kekuatan
                adikuasa Amerika dan Rusia. Politik seperti tampak kita cenderung ke
                barat, namun tetap bebas dan aktif. Mengenai hal ini Presiden Soeharto
                telah mengemukakan pada tahun 1978 dalam pidatonya kenegaraan di
                depan  sidang  DPR  16  Agustus,  di  kawasan  Indochina  terjadi
                ketegangan-ketegangan    baru    akan    mengundang     kepentingan-
                kepentingan kekuatan besar dunia. Sementara perkembangan di Afrika
                juga sedang berkembangan ketegangan-ketegangan baru. Perang Dingin
                yang selama tahun-tahun terakhir ini agak menyejukkan dunia, kini ada
                tanda-tanda  akan  menghangat  lagi”  (ibid:524).  Dalam  memandang
                perkembangan  ini  Presiden  Soeharto  mengemukakan  pentingnya
                “tampilnya  kembali  gerakan  non-blok.  Namun  dengan  catatan  kini
                gerakan Non-Blok sedang mengalami masa-masa sulit karena timbulnya
                gejala keretakkan dan benih-benih perpecahan, juga karena berhasilnya
                menyusup  kepentingan  kekuatan  besar  dunia.  Jadi  menurut  Presiden
                Soeharto  agar  Indonesia  sebagai  negara  pendiri  terus  berusaha  sekuat
                tenaga  agar  sebanyak  mungkin  anggota  non-blok  tetap  bertahan  dan
                tidak  membiarkan  dirinya  menjadi  ujung-ujung  tangan  kekuatan-
                kekuatan besar yang sedang bersaing (Ibid).
                        Antara  pemikiran  dan  praktik  memang  merupakan  dua  ranah
                yang tidak selalu bertemu bahkan yang sering terjadi justru sebaliknya.
                Pemikiran yang bagus dan cemerlang tidak atau mungkin jarang terjelma
                dalam kenyataan di lapangan apalagi dirasakan dalam kehidupan. Apa
                yang dikatakan orang dengan ungkapan apa yang di atas kertas dengan
                yang dalam kenyataan, seperti jauhnya panggang dari api, adalah untuk
                mengungkapkan  ketidakserasian  antara  ide  dan  praktik.  Persoalan  di
                lapangan  banyak  dimuncul  yang  memperlihatkan  logikanya  sendiri.
                Namun demikian bukan tidak dapat dijelaskan.

                Pemikiran Sukarno yang sudah sejak muda mengenai kekuatan bangsa
                yang  terdiri  atas  nasionalisme,  agama  (Islam)  dan  Marxisme  yang
                kemudian  dimanifestasikan  menjadi  komunisme,  justru  menjadi



                                              Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya   279
   282   283   284   285   286   287   288   289   290   291   292