Page 286 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 286

Sejarah Pemikiran Indonesia Modern



                mengawasi mereka dan kita tidak merasa kedaulatan kita dilanggar oleh
                mereka  yang  mau       menggunakan     jalur  itu.  Dalam  rangka
                memperkenalkan dan memperjuangkan prinsip Wawasan Nusantara itu,
                gagasan  kita  lontarkan  melalui  forum  internasional,  yakni  konferensi
                PBB tentang Hukum Laut. Demikian Presiden Soeharto mempertelakan
                pemikriannya.

                Dalam  sidang  di  bulan  April  1982,  telah  berhasil  disahkan  rumusan-
                rumusan tentang Hukum Laut sebagai yang telah dibahas selama hampir
                10  tahun,  menjadi  konvensi  Hukum  Laut  Internasional  Baru  yang  di
                dalamnya  tertera  prinsip-prinsip  Hukum  Laut  tentang  Wawasan
                Nusantara dalam bentuk prinsip-prinsip mengenai negara kepulauan.
                Sekarang,  dengan  cara  penetapan  batas-batas  berdasarkan  konsepsi
                negara kepulauan ini, kita harus memanfaatkan keuntungan-keuntungan
                yang  kita  peroleh  yang  tidak  kecil  artinya  itu.  Konvensi  Hukum  Laut
                1982  itu  telah  ditandatangani  oleh  Indonesia  dan  oleh  lebih  dari  150
                negara  lainnya.  Setelah  DPR  kita  menyetujui  konvensi  itu  di  bulan
                Desember 1985, saya sebagai Presiden mensahkan konvensi itu dengan
                UU  no.17,  pada  akhir  Desember  tahun  itu.Tinggallah  sekarang  kita
                mendorong  supaya  negara-negara  ASEAN,  Pasifik,  khususnya  Jepang
                dan Korea Selatan, negara-negara maju, dan negara berkembang lainnya
                meratifikasinya.
                Wilayah negara Indonesia pada saat diproklamasikan (17 Agustus 1945)
                tidak seluas  dari cakupan yang berdasarkan pengakuan UNCLOS. Pada
                tahun 1945 wilayah Indonesia sekitar 3 juta km  persegi dan bertambah
                menjadi  5  juta  km  persegi.  Untuk  mewujudkan  kedaulatan  sebagai
                negara kesatuan dengan wilayah yang demikian luas diperlukan sistem
                komunikasi satelit domestik sebagai wahana memperlancar hubungan.
                Adalah menarik untuk mengetahui bahwa pemikiran Presiden Soeharto
                dalam hal wilayah Indonesia tampaknya mengacu pada sejarah zaman
                Majapahit. Begitulah Soeharto lalu mengingat pada sejarah Majapahit,
                ketika    Gadjah  Mada  dulu  yang  telah  bersumpah.  Inti  dari  ikrar  itu,
                seperti  banyak  dirumuskan  bahwa    tidak  akan  makan  buah  palapa
                sebelum  persatuan  dan  kesatuan  Kerajaan  Majapahit  menjadi
                kenyataan.  Soeharto  pun  berpendapat  kekokohan  persatuan  dan
                kesatuan Nusantara diperteguh dengan diluncurkannya satelit Palapa itu
                yang  merupakan  bagian  penting  daripada  sistem  satelit  domestik.
                Dengan sistem ini hubungan komunikasi dari satu tempat ke tempat lain
                di  seluruh  Indonesia  menjadi  lancar  dan  cepat.  Karena  itulah  sistem
                satelit  domestik  itu  kita  beri  nama  “Palapa”  sebagai  lambang
                terjelmanya sumpah Gadjah Mada untuk mempersatukan Nusantara.



                278    Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya
   281   282   283   284   285   286   287   288   289   290   291