Page 188 - Ebook_Atlas Gubernur-
P. 188

Sebagai gubernur yang menjabat pada masa transisi dari sebuah bangsa yang terjajah menjadi
                      sebuah bangsa yang merdeka, para gubernur tersebut menghadapi sebuah tantangan dalam
                      menata sebuah birokrasi dalam sistem pemerintahan yang baru. Seperti halnya penataan
                      pemerintahan di tingkat pusat, upaya untuk menata pemerintahan daerah terkendala dengan
                      perbedaan kesiapan sumber daya manusia dan infrastruktur yang ada. Selain itu, minimnya
                      ketersediaan dana untuk menjalankan pemerintahan merupakan faktor lain yang juga membuat
                      para gubernur tersebut tidak dapat menjalankan program-program awal pemerintahan daerah
                      secara maksimal.


                      Jika berbagai faktor  internal seperti sarana dan ketersediaan dana berdampak langsung
                      terhadap jalannya pemerintahan daerah, terdapat pula faktor eksternal yang menjadi kendala
                      dalam pelaksanaan berbagai kebijakan pemerintah daerah, terutama keberadaan kelompok-
                      kelompok yang cenderung kepada sikap anti republik. Kelompok-kelompok tersebut umumnya
                      masih memiliki keterikatan dengan kekuatan-kekuatan asing, terutama Belanda dan Jepang
                      yang masih memiliki pengaruh kuat di Indonesia pascaproklamasi kemerdekaan. Proklamasi
                      kemerdekaan yang dikomandangkan di Jakarta dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan
                      penuh pertimbangan sehingga bisa dibayangkan betapa keamanan di daerah masih belum
                      terjamin. Sejumlah gubernur yang notabene merupakan kepala pemerintahan daerah bahkan
                      dengan  mudah  ditangkap  pasukan  Belanda  dan  diasingkan  dari  wilayah  yang  menjadi
                      wewenangnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa pemerintahan Republik Indonesia yang baru
                      terbentuk belum diakui oleh beberapa kelompok masyarakat di daerah, terutama yang berafiliasi
                      dengan kekuatan atau ideologi asing. Di lain pihak, keterbatasan kekuatan militer di awal
                      berdirinya republik ini belum mampu melakukan perlawanan terhadap penangkapan tersebut.
                      Ironisnya, penangkapan terhadap para kepala daerah pertama terjadi di era kemerdekaan saat
                      kedaulatan atas wilayah Republik Indonesia telah diakui oleh sejumlah negara di dunia.


                      Upaya untuk melakukan napak tilas perjuangan delapan gubernur pertama diharapkan
                      menginsipirasi tidak hanya pelajar dan mahasiswa, tetapi juga para pejabat di pemerintahan
                      daerah untuk dapat memberikan kontribusi terbaik mereka bagi kemajuan daerah masing-
                      masing di tengah maraknya pemekaran wilayah dan gaung otonomi daerah yang semakin kuat.
                      Jika pada masa lalu para gubernur pertama telah berkorban dalam menyebarluaskan berita
                      proklamasi dan mempertahankan kedaulatan daerah sebagai amanah yang dititipkan kepada
                      mereka oleh pemerintah pusat, upaya untuk terus memajukan daerah sebagai penyempurna
                      tugas para kepala daerah pertama tersebut patut ditunaikan di tengah alam kemerdekaan.
































                 174                                              ATLAS SEJARAH INDONESIA: GUBERNUR PERTAMA DI INDONESIA
   183   184   185   186   187   188   189   190   191   192   193