Page 50 - Ebook_Atlas Gubernur-
P. 50

1.1 Bergulat di Dewan Rakyat




                 Setelah menyelesaikan pendidikan di             dalam pemerintah pusat kolonial. Selama di
                 Bestuurschool, Soetardjo kembali ke Rembang     Volksraad Soetardjo mencetuskan berbagai
                 dan selanjutnya diangkat menjadi wedana (satu   kebijakan sipil, terutama berbagai prakarsa untuk
                 tingkat di bawah kabupaten). Pada 1929 saat     mendukung kesetaraan terhadap rakyat bumiputra.
                 menjadi patih di Gresik, Soetardjo ikut serta dalam   Ia banyak bergaul dengan tokoh-tokoh nasionalis
                 pembentukan Perhimpunan Pegawai Bestuur         Hindia.
                 Bumiputra (PPBB). Bupati Bandung, yakni Raden
                 Adipati Aria Wiranatakusuma V, menjadi Ketua    Dalam harian De Indische Courant, 14 Juli 1933
                 PPBB. Sementara itu, Soetardjo ditunjuk sebagai   Soetardjo mencela keputusan pemerintah yang
                 Wakil Ketua PPBB. Soetardjo Kartohadikoesoemo   tidak bersedia menggunakan kata Indonesieratau
                 bertolak ke Batavia untuk mewakili PPBB dan     ‘orang Indonesia’. Ia juga menegaskan bahwa
                 pemerintahan Jawa Timur dalam rapat Volksraad   keberhasilan kolonial Belanda tidak lepas dari
                 pada 1931. Dalam sidang pertama Volksraad, ia   upaya dan kerja keras pemerintah bumiputra.
                 terpilih sebagai anggota College van Gedelegeerde   Volksraad akhirnya menyetujui agar tidak lagi
                 Volksraad atau Badan Pekerja Dewan Rakyat.      menyebut anak negeri dengan inlander. Pengunaan
                 Pada titik ini Soetardjo yang mengawali karier   sebutan orang Indonesia berangsur-angsur
                 birokratnya dari daerah kini mulai berkecimpung   diperbolehkan.








                      Pada  Juli  1936  Soetardjo  merancang  petisinya  yang  kemudian  dikenal

                      sebagai Petisi Soetardjo. Dalam petisinya, Soetardjo mengusulkan agar

                      diselenggarakan  konferensi  antara  wakil-wakil  Belanda  dan  Hindia
                      Belanda dengan kedudukan sejajar. Tujuannya adalah membuat rencana
                      berjangka  10  tahun  untuk  menyiapkan  kemerdekaan  negeri  Hindia

                      Belanda.  Kemudian,  Petisi  Soetardjo  diperdebatkan  dalam  sidang

                      Volksraad yang diputuskan lewat pemungutan suara. Hasilnya diterima
                      dengan 26 suara setuju dan 20 suara menolak. Kemudian, Petisi diteruskan
                      ke negeri Belanda. Keputusan Kerajaan Belanda baru diperoleh 2 tahun

                      kemudian,  tepatnya  pada  16  November  1938  yang  mengukuhkan

                      penolakan  terhadap  Petisi  Soetardjo.  Kerajaan  Belanda  berpendapat
                      bahwa  rakyat  Hindia  Belanda  belum  matang  untuk  mempersiapkan
                      sebuah  pemerintahan  sendiri.  Penolakan  terhadap  Petisi  Soetardjo

                      menimbulkan  kekecewaan  besar  di  kalangan  nasionalis  yang  bekerja

                      dalam tatanan kolonial. Hal itu sekaligus memupus kepercayaan terhadap
                      pemerintah kolonial yang berkaitan dengan masa depan wilayah jajahan.
                      Lantaran petisinya itu, sebanyak empat kali Soetardjo pernah diperiksa

                      oleh alat kekuasaan kolonial.







                 36                                               ATLAS SEJARAH INDONESIA: GUBERNUR PERTAMA DI INDONESIA
   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55