Page 58 - Ebook_Atlas Gubernur-
P. 58
2.3 Turun ke FRONT garis depan
Pada 21 November 1945 terjadi serangan pertama Pertemuan berakhir dengan ultimatum: dalam dua
terhadap prajurit patroli Gurkha. Tidak hanya hari berikutnya seluruh penduduk kota Bandung
saling menyerang dengan senjata, teror juga sudah harus pindah ke sebelah selatan jalur rel
ditebar dalam bentuk lain. Dini hari, 25 November kereta api.
1945, serdadu Belanda melancarkan serangan
sabotase. Sehabis hujan deras di Kali Cikapundung Pada 27 November 1945, dengan alasan
yang melintasi tengah kota Bandung, tentara menghindari pertentangan yang sering terjadi
Belanda sengaja membuka penahan air. Sabotase antara Sekutu dan Indonesia, kota Bandung
itu mengakibatkan banjir besar melanda kawasan ditetapkan menjadi dua bagian. Bagian sebelah
Bandung. Banyak rumah berikut penghuninya di utara merupakan wilayah Sekutu dan Belanda,
tepi kali itu hanyut. sedangkan Indonesia menempati bagian selatan.
Sebagai batas dari dari kedua wilayah, ditetapkan
Gubernur Soetardjo terpaksa mengungsi ke Desa jalan kereta api yang membelah kota Bandung
Majalaya di selatan Bandung. Dari dalam desa dari barat ke timur. Namun, pembagian areal
itu ia tetap mengawasi jalannya pertempuran Kota Bandung sama sekali tidak meredakan
bersama bupati Bandung. Seperti diduga bahwa pertempuran. Gempuran terhadap Kota Bandung
serangan itu dapat ditangkis tentara Sekutu. membuat Gubernur Soetardjo harus melindungi
Gerakan pejuang Bandung dipatahkan dan keluarganya dengan mengungsikan bolak-
berujung kegagalan. Saat memasuki tengah hari balik ke Majalaya yang curah hujannya tinggi.
26 November 1945, pimpinan Sekutu memanggil Di Majalaya keluarga Soetardjo dititipkan di
Gubernur Soetardjo ke Bandung untuk berunding. rumah pesanggrahan Menteri Dalam Negeri
Seorang diri Soetardjo berhadapan dengan tiga Wiranatakumah V. Pengungsian sering kali
orang perwira Inggris yang dijaga oleh empat berlangsung pada saat hujan lebat. Akibatnya
orang serdadu Gurkha bersenjata.Keadaan di fatal. Istri Soetardjo, Siti Djaetoen Kamarroekmini,
bawah ancaman demikian membuat Soetardjo terserang penyakit jantung yang kelak menjadi
terintimidasi dalam posisi sulit. penyebab beliau wafat.
Jenderal Mac Donald meminta Soetardjo sendiri tetap tinggal di rumah
pertanggungjawaban Soetardjo atas serangan gubernuran. Namun, karena keadaan kota semakin
bersenjata pasukan Indonesia. Ia juga meminta tidak kondusif, komandan Angkatan Bersenjata
agar barikade harus disingkirkan dari jalan hari itu memintanya pindah permanen. Semula Soetardjo
juga. Soetardjo menolak tudingan dan permintaan tidak menghiraukan, tetapi karena situasinya kian
Mac Donald. Menurutnya, sebagai seorang pegawai kritis, desakan pihak militer makin kuat. Setiap
pemerintahan sipil dengan kedudukan gubernur, hari, siang dan malam, kereta api disediakan
dirinya tidak punya kekuasaan atas pasukan untuk memboyong Soetardjo sekeluarga keluar
bersenjata. Pimpinan tentara Sekutu bergeming dari Bandung. Kepala Angkatan Kepolisian R. M.
dan menyampaikan tuntutan tambahan, yaitu Suparta memberi batas tempo bagi Soetardjo
agar orang Indonesia eksodus dari kota Bandung meninggalkan Bandung.Akhirnya, Soetardjo
ke arah selatan. Soetardjo tetap kukuh menolak memutuskan berangkat ke luar kota. Tasikmalaya
tunduk seraya menjawab, “Setiap orang pun menjadi tempat tujuan. Kabupaten yang terletak
mengerti bahwa hal itu tidaklah mungkin.” di bagian selatan Jawa Barat ini masih menjadi
daerah yang tenang dan relatif aman.
44 ATLAS SEJARAH INDONESIA: GUBERNUR PERTAMA DI INDONESIA