Page 78 - Ebook_Atlas Gubernur-
P. 78

Oktober 1945 dan sekaligus menjadi komisaris    daerah, provinsi, kabupaten, dan kota. Kelak
                 tinggi untuk wilayah Solo dan Yogjakarta sebagai   rencana undang-undang yang ikut dibuat oleh
                 wakil pemerintah Republik Indonesia yang        Soeroso tersebut dan diterima oleh badan
                 berkedudukan di Solo.                           pengurus pusat dan menjadi Undang-Undang
                                                                 No. 22 Tahun 1948 yang menjadi landasan
                 Semasa menjabat sebagai gubernur terdapat satu   terciptanya tata kerja pemerintahan daerah yang
                 insiden yang menjadi catatan tersendiri bagi R.P.   pada waktu itu masih dalam keadaan belum
                 Soeroso, yaitu insiden menaikkan bendera merah   stabil.
                 putih oleh para pemuda yang dipimpin oleh Patih
                 Judadibrata dari kantor gubernur di Magelang.   Tugas lain yang dilakukan oleh R.P. Soeroso
                 Pada waktu itu Jepang olehtentara Sekutu        dalam masa perjuangan revolusi adalah
                 masih diberikan kekuasaan de facto dan masih    merencanakan lahirnya undang-undang
                 melarang mengibarkanbendera Merah Putih         pembentukan provinsi, kabupaten, dan kota,
                 sesuai dengan keinginan rakyat Indonesia.       termasuk rancangan mengenai otonomi
                                                                 pemerintahan daerah. Dia menjadi salah satu
                 Rakyat sudah berkumpul di Gunung Tidar karena   anggota Komite Nasional Indonesia Pusat yang
                 telah mendengar kabar akan dilaksanakannya      aktif dalam memperjuangkan dan membentuk
                 peristiwa pengibaran bendera tersebut.          bermacam undang-undang terkait pemerintahan
                 Kemudian, kabar itu mulai menyeruak masuk       di dalam negeri.
                 ke dalam kantor gubernur di kota Magelang.
                 Akan tetapi, pihak tentara Jepang berupaya      Dalam upaya memperkuat konsolidasi
                 untuk menghalang-halangi kegiatan tersebut      antarpamongpraja Republik, Soeroso kerap
                 sehingga situasi menjadi panas. Hingga siang    aktif  mengadakan rapat dengan para lurah di
                 hari rakyat terus berdatangan dari sekitar kota   desa-desa agar para petani menyerahkan 10%
                 Yogjakarta.  Dalam insiden itu sempat terjadi   hasil tanaman padi yang mereka tanam untuk
                 peristiwa penembakan oleh militer Jepang hingga   memenuhi kebutuhan logistik  TNI, tentara
                 menyebabkan dua pemuda menjadi korban.          pelajar, dan para pejuang.  Dalam sejarah,
                 Kemudian, Rakyat menjadi marah dan menyerang    Soeroso tercatat sebagai gubernur yang aktif
                 tentara Jepang yang lari menyelamatkan diri     bergerilya dari 18 Desember 1948 hingga
                 ke markasnya. Soeroso yang menerima laporan     akhir Juni 1949.  Lokasi gerilyanya meliputi
                 tersebutlangsung datang dan memberikan          Tawangmangu ke timur hingga Ngrambe, Madiun,
                 imbauan kepada masyarakat agar tenang dan       terus ke timur. Namun, selama melakukan
                 tidak menyerbu Markas Kenpetai yang sudah       gerilya, ia sempat terserang penyakit bronchitis
                 siap dengan berbagai senjata lengkap. Kemudian,   yang amat parah sehingga tidak bisa berjalan
                 Soeroso pergi menghadap Jenderal Tanaka untuk   dan harus ditandu. Kemudian, ia dapat pulih
                 memintanya menghukum anggota Kenpetai           kembali dan beraktivitas secara normal.
                 yang telah berlaku represif itu. Jenderal Tanaka
                 menyanggupi.                                    Pada bulan Januari 1950, R.P. Soeroso diminta
                                                                 oleh Menteri Dalam Negeri untuk pergi ke Solo
                 Selain menjadi gubernur, Soeroso juga memegang   bersama dengan Sekretaris Jenderal Departemen
                 jabatan di Departemen Dalam Negeri yang         Dalam Negeri. Tujuannya adalah menjumpai Sri
                 khusus mengurusi soal minoritas dan menjadi     Sunan Pakubuwono XII dan Sri Mangkunegara
                 kepala bagian urusan pemerintah daerah pada     VIII guna memberikan status Daerah Istimewa
                 awal tahun 1948. Ia diangkat menjadi panitia    Surakarta yang terdiri dari Kesunanan dan
                 gaji pegawai negeri yang juga merangkap         Mangkunegaran. Hal ini sebagai pelaksanaan
                 sebagai kepala urusan pegawai. Selain itu, ia   Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948. Dalam
                 diangkat menjadi penasihat Sutan Sjahrir dalam   persetujuan ini, Sri Sunan tidak keberatan
                 perundingan antara wakil Republik Indonesia dan   terhadap keputusan tersebut. Akan tetapi, Sri
                 wakil pemerintah Belanda dalam perundingan      Mangkunegara meminta posisi masing-masing
                 dengan Schmerhorn. Dalam soal pembuatan         untuk berdiri secara sendiri-sendiri. Soeroso
                 undang-undang, Soeroso juga sempat diminta      menegaskan bahwa pemerintahan daerah harus
                 oleh Wakil Presiden Hatta untuk membuat         sesuai dengan undang-undang yang ditetapkan.
                 rencana undang-undang tentang pemerintah








                 64                                               ATLAS SEJARAH INDONESIA: GUBERNUR PERTAMA DI INDONESIA
   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83