Page 108 - AKIDAH DAN ILMU KALAM E-BOOK
P. 108
Untuk menolak paham Mu‟tazilah, Asy‟ari menyusun beberapa kitab tauhid.
Tujuan penulisan kitab tauhid yang dikarangnya tidak lain kecuali sebagai upaya
kembali pada jalan kebenaran. Yakni kembali kepada tradisi pemikiran ulama salaf.
Dalam kisah itu, karya tauhid yang dimaksud antara lain kitab al-Luma‟ (mengutip
Syekh Hamad bin Muhammad al Anshari, muqaddimah (catatan komentar) Al Ibanah
„an Ushul al Diyanah). Bahkan menurut al Hafidz, Asy‟ari termasuk seorang tokoh
yang sangat produktif. Akumulasi karyanya mencapai hitungan lima puluh lima kitab.
Dan rata-rata, bahasan karya-karyanya seputar akidah yang diproyeksikan untuk
menolak (counter) terhadap sendi-sendi bid‟ah dan penyimpangan akidah.
Sejak saat itu, Al-Asy‟ari dengan gigih berjuang bersama Ahlul hadis
meruntuhkan kepercayaan-kepercayaan Mu‟tazilah. Beliau merumuskan pokok-pokok
pikiran dalam berbagai kitab karangannya. Para pengikutnya pun berdatangan dari
segala kawasan dunia Islam. Aliran ini kemudian dikenal dengan sebutan Al-
Asy‟ariyah, dan dalam perkembangan selanjutnya, aliran ini lebih banyak dikenal
dengan sebutan Ahlusunnah wal Jama‟ah.
Aliran ini diyakini oleh para pengikutnya sebagai faham yang mewarisi
tradisi keagamaan Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam, para sahabat, tabiin dan
tabiut tabi‟in. Mereka sebenarnya berjumlah mayoritas namun lebih banyak diam
(silent mayority) menghadapi beragam persoalan yang terjadi. Artinya sejak
timbulnya perpecahan di era Khalifah Utsman dan „Ali, di kalangan umat sebenarnya
terdapat golongan yang berjumlah mayoritas namun memilih diam dan tidak mau ikut
campur dalam urusan politik. Mereka hanya diam dan mengamati setiap
perkembangan yang terjadi. Merekapun tidak menyatakan diri bergabung dengan
kelompok tertentu. Golongan inilah yang secara tradisional meneruskan tradisi
kegamaan yang diwariskan secara turun-temurun sejak era Nabi. Hingga periode
berikutnya. Pada era kepemimpinan Al-Ma‟mun, dimana aliran rasional Mu‟tazilah
cenderung dipaksakan agar dianut oleh seluruh rakyat, akhirnya glongan ini
menampakkan jati dirinya. Kebetulan saat itu terdapat seorang intelektual handal dan
kharismatik, Abu Hasan Al-Asy‟ari, yang siap berada di barisan terdepan menentang
faham Mu‟tazilah. Bersama beliaulah golongan ini menggabungkan diri. Aliran
Asy‟ariyah pada Akhirnya menjadi aliran yang dianut mayoritas umat Islam hingga
abad modern ini.
100