Page 9 - Untitled-1
P. 9

wa sallam bersabda, “Engkau jangan marah!”   wa ta’ala yang dilanggar.
           [HR al-Bukhâri].
                                                        Sementara itu, kemampuan meme-
                 Syarah hadist ini menjelaskan bahwa   nej marah merupakan  tolok ukur keimanan
           sahabat yang meminta wasiat dalam hadits ini   seseorang. “Dalam Islam, kekuatan seseorang
           bernama Jariyah bin Qudamah radhiyallahu   bukan diukur dari seberapa pandai Ia berkelahi,
           anhu. Ia meminta wasiat kepada Nabi dengan   namun dari bagaimana Ia mampu mengenda-
           sebuah wasiat yang singkat dan padat yang   likan amarahnya,” jelas alumnus pasca sarjana
           mengumpulkan berbagai perkara kebaikan,   Universitas Islam Madinah itu.
           agar ia dapat menghafalnya dan mengamalkan-
           nya.                                         Pendapatnya tersebut juga tercantum
                                                  dalam hadits riwayat Bukhari, dari Abu Hurai-
                 Maka Nabi berwasiat kepadanya agar ia   rah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda,
           tidak marah. Kemudian ia mengulangi permint-  “Orang yang kuat itu bukanlah orang yang
           aannya itu berulang-ulang, sedang Nabi tetap   pandai bergulat, tetapi orang yang kuat ialah
           memberikan jawaban yang sama. Ini menun-  orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika
           jukkan bahwa marah adalah pokok berbagai   marah.”
           kejahatan, dan menahan diri darinya adalah
           pokok segala kebaikan.                       Oleh karenanya, dalam Islam amarah
                                                  menjadi sesuatu yang harus bisa dikendalikan
                 Marah adalah bara yang dilemparkan   oleh manusia. Jika lepas kendali maka bukan
           setan ke dalam hati anak Adam sehingga ia   tak mungkin akan menimbulkan dampak yang
           mudah emosi, dadanya membara, urat sarafnya   tidak baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
           menegang, wajahnya memerah, dan terkadang
           ungkapan dan tindakannya tidak masuk akal.  Cara Meredam Marah

                 Ja’far bin Muhammad rahimahullah       Istighfar, adalah cara pertama yang
           mengatakan, “Marah adalah pintu segala   dilakukan saat seorang muslim dikuasai am-
           kejelekan.” Dikatakan kepada Ibnu Mubarak   arah. “Yang bisa mengendalikan kita, mem-
           rahimahullah, “Kumpulkanlah untuk kami   bolak-balikkan hati manusia kan Allah. Jadi,
           akhlak yang baik dalam satu kata!” Beliau men-  istighfarlah,” lanjutnya.
           jawab, “Meninggalkan amarah.” Imam Ahmad
           rahimahullah dan Ishaq rahimahullah menaf-   Yang kedua, cara untuk menahan marah
           sirkan bahwa akhlak yang baik adalah dengan   adalah dengan segera berwudhu. Karena,
           meninggalkan amarah.                   syaitan bisa masuk ke dalam diri manusia ketika
                                                  marah melanda. “Ketika marah, syaitan bisa
                 Hal ini karena marah akan memungkink-  masuk. Untuk melawannya, segeralah berwud-
           an memunculkan perbuatan yang diharamkan   hu,” jelasnya hati-hati.
           seperti memukul, melempar barang pecah
           belah, menyiksa, menyakiti orang, dan menge-  Ketiga, dengan berpindah posisi.
           luarkan perkataan-perkataan yang diharamkan   Kegiatan ini berpengaruh sangat besar untuk
           seperti menuduh, mencaci maki, berkata kotor,   meredam marah. “Kalau sedang marah dan
           dan berbagai bentuk kezhaliman dan permusu-  berdiri, cobalah langsung duduk untuk mere-
           han, bahkan sampai membunuh, serta bisa jadi   dam marah,” sarannya.
           naik kepada tingkat kekufuran atau mencerai
           istri yang disusul dengan penyesalan.        Pendapat tersebut didasari dari hadits
                                                  riwayat Ahmad yang berbunyi, “Jika salah seo-
                 Karena itulah Rasulullah shallallahu ‘alai-  rang di antara kalian marah ketika berdiri, maka
           hi wa sallam pernah menyampaikan, “Jangan-  hendaklah ia duduk. Apabila marahnya tidak
           lah kamu marah, bagimu surga.”         hilang juga, maka hendaklah ia berbaring.”

           Rasulullah Pernah Marah                      Meski demikian, Syaikh Shaleh Al-Fau-
                                                  zan dalam Al-Minhah ar-Rabbaniyyah Fi Syarhil
                 Ustadz Agung Cahyadi, Lc, MA, Dosen   Arba’in Nawawiyyah mengatakan bahwa orang
           Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah dan Komunikasi   yang tidak bisa marah merupakan kekurangan
           Islam (STIDKI) Ar Rahmah Surabaya mengatakan  seseorang. Hanya saja kemarahan itu harus
           bahwa marah itu manusiawi.             diterapkan pada tempatnya. Apabila melampaui
                 “Bukan nggak boleh, karena Rasulullah   batas dan rambunya, marah dapat mengun-
           sendiri pernah marah,” katanya. Rasulullah per-  dang bahaya untuk orang lain dan diri sendiri.
           nah marah ketika ada aturan Allah subhanahu   (ipw)

                                                   Majalah Barakah / Edisi Oktober-November 2018   09
   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14