Page 39 - wbc agustus pages
P. 39
SOSOK
di unit Penindakan dan Penyidikan itulah Melihat Bea Cukai masa kini, Rambo
Abdul menuangkan dalam buku berjudul memberikan sedikit komentar bahwa sudah
Intelijen Pabean Indonesia di mana bukunya itu sangat maju tapi yang sedikit disayangkan
mengupas mengenai teori-teori intelijen. adalah aturan atau kebijakannya yang sedikit
tertinggal jika diterapkan saat ini, perlu adanya
“Awalnya setelah saya belajar ke Canberra, kaji ulang dan penyesuaian.
Australia saya diminta untuk menulis untuk
mengisi salah satu rubrik di Majalah Warta Bea “Dan masukan untuk segi SDM adalah sudah
Cukai lalu bos saya saat itu ngomong ‘kenapa baik hanya saja jangan terlalu spesialis atau
tidak dijadikan buku saja tulisanmu’. Dan hanya mempelajari itu-itu saja,” tambahnya.
hingga saat ini sudah dicetak 5 kali dan setiap
cetakan ada penambahan/ update mengikuti Berkat kemampuan dan keahliannya itu, Rambo
perkembangan.” juga diminta untuk menjadi instruktur/pengajar
intelijen di Pusdiklat Bea Cukai sejak tahun
Di sela wawancara, ada cerita lucu mengapa ia 1994 hingga 2017, melewati masa purnabakti
dipanggil Rambo. Panggilan Rambo merupakan yang ia masuki pada 1 Agustus 2003. Tidak
singkatan dari Rahman Botak yang bermula berhenti di situ, saat ini Abdul Rachman menjadi
ketika berdinas di Bandara Internasional Halim Ketua Umum PERAKI (Perkumpulan Ahli
Perdanakusuma ada banyak Rahman dan karena Kepabeanan Indonesia) tahun 2016-2021 dan di
penampilannya berkepala botak akhirnya diberi tahun 2018 ini dipercaya untuk menjadi Ketua II
julukan Rahman Botak dan disingkat Rambo. PPBC (Persatuan Pensiunan Bea Cukai) hingga
Makin melekat itu gelar ketika Mantan Dirjen, tahun 2022.
Soehardjo pada waktu menjabat sekretaris juga
memanggil ia Rambo. Sebelum menguasai intelijen pabean, Rambo
juga mempelajari hal lain terkait pabean.
“Jadi saya sudah Rambo sebelum ada film Rambo berharap pada para bea cukai muda
Rambo,” kekehnya kala diwawancara WBC. untuk terus mengembangkan diri, mempelajari
banyak hal. Dari pengalamannya mengajar
Buku Intelijen Pabean Indonesia yang ditulisnya kebanyakan intelijen bea cukai tidak mengusai
mengupas mengenai teori intelijen. Menurut Undang-Undang apalagi untuk seorang intelijen
Rambo hal paling utama bagi intelijen itu tidak seharusnya paham dan kuasai UU dan aturan
boleh menganggap dirinya sebagai penegak pelaksanaannya.
hukum tapi memberikan hasil kerjanya kepada
penegak hukum. Mengajar itu ada pengalaman kebanyakan
intelijen bea cukai tidak menguasai Undang-
Buku yang sudah ditulis sekitar 10 tahun lalu ini undang dan itu menjadi masukan. Seorang
bahkan masih sangat berkolerasi dengan masa intelijen itu seharusnya paham dan kuasai UU
kini. Belum lama ia pernah dihubungi oleh salah dan aturan pelaksanaannya.
satu petugas Bea Cukai, mengenai penangkapan
1,3 ton narkotika. Rambo mengatakan untuk “Intelijen juga harus belajar dari penyelundup/
melihat bukunya di halaman 133 di mana pelanggar, seperti di WCO setiap modus-
modusnya itu sudah tertuang dalam bukunya. modus dikirim keseluruh negeri, dikoleksi
dan dipelajari karena modus itu pasti berulang
Selama 22 tahun berkarir di P2 dan puncaknya tapi dengan variasi yang bisa berubah tapi
kala menjadi Kasubdit Intelijen dan juga pernah 60% dari modus prinsipnya sama,” tutupnya.
menjadi Kasubdit Barang Khusus yang sekarang (desiaprawita)
menjadi Subdit Narkotika. Selama 3 tahun
menjelang pensiun Abdul Rachman menjadi
Kepala Kantor Bea Cukai Bandung.
Volume 50, Nomor 8, Agustus 2018 - Warta Bea Cukai | 37