Page 35 - wbc agustus pages
P. 35

SISI PEGAWAI



            Semboyan  inilah  yang  dipraktikkan  Adil   artinya   berbuatlah  yang adil, pandanglah
            dalam menjalankan tugas sehari-hari sebagai   kehidupan  di  surga,  bersemangat  ketuhanan
            pegawi  Bea  dan Cukai  dalam menghadapi   dan “To’pak bi’lokat otok,”  yang artinya Tuhan
            segala permasalahan dan rintangan di lapangan.    selalu memberkati kita.
            Apalagi sejak dia diangkat menjadi CPNS pada
            tahun 2003 sampai sekarang selalu bekerja di   Seperti cerita Adil, pernah beberapa kali kantor
            wilayah perbatasan.                      Bea Cukai Sintete dan Jagoi Babang tempat dia
                                                     mengabdi mau diserbu atau istilah sekarang
             “Saya senang belajar bahasa karena saya bangga   didemo masyarakat setempat. Bisa dibayangkan
            jadi orang Indonesia, kaya budayanya, alamnya   bagaimana  kepanikan  yang  dialami  pegawai
            dan adat istiadatnya, jadi saya berusaha untuk   jika hal tersebut berujung bentrok, mungkin
            belajar.  Orang tua saya hanya mengajarkan   akan terjadi pertumpahan darah.  Dalam hal ini,
            ‘ojo rumongso biso, tapi  biso rumongso’   pimpinan  selalu mengandalkan  Adil sebagai
            artinya    ‘jangan  kamu  merasa  tahu  atau  bisa   mediasi  untuk  melakukan  komunikasi,  dan
            dihadapan orang banyak, tapi sadarlah kamu   satu-satunya cara yang dia lakukan adalah
            siapa dirimu.’  Jalmo tan keno kiniro, mongko   pendekatan bahasa dan kultur/budaya setempat,
            be  ra  usah  nyepeleke  wong  liyo  (nasib  orang   lalu berujung damai.
            tidak ada yang tahu, makanya jangan sekali-kali
            menganggap  orang  lain  lebih  rendah  darimu).     Hal ini dibenarkan Chandra selaku Kasubag
            Rejeki  ibarat  bayang-bayang  ‘srengenge,  nek   Umum KPPBC  Jagoi Babang yang walaupun
            wis  titimongsone  teko  dewe,  nangeng  mesti   belum lama berteman dengan Adil mengatakan
            usoho kan waspodo’ (rejeki itu ibarat bayang-  bahwa orangnya baik, ramah, dan banyak
            bayang  di  mata  hari,  jangan  terlalu  dikejar,   membantu,  terutama  dengan  pergaulan
            dia akan datang bila waktunya tiba, tapi kamu   Adil yang peduli dengan masyarakat Jagoi
            harus rajin usaha dan waspada).  Makanya   Babang.  “Kawan-kawan di sini merasa aman
            saya tidak pernah takut dalam menghadapi   dengan  adanya  pegawai  yang  peduli  terhadap
            kehidupan ini, kita ini tidak hebat kata orang tua   masyarakat  Jagoi, apalagi  kita semua di sini
            saya, yang hebat hanya Allah dan orang yang   pendatang. Kalau ada masalah, pak Adil yang
            melahirkanmu  (Ibu),” ujar  Kakek  tiga  cucu   menjembatani  kita dengan masyarakat,”  ujar
            yang pernah menjadi Cleaning Service itu.  Chandra.

            Sehubungan dengan tugas dan pelayanan  Bea   Kalau  ditilik  ke  belakang,  perjalanan  karier
            Cukai  di perbatasan yang bersentuhan  dengan   Adil sampai masuk menjadi pegawai Bea Cukai
            masyarakat  setempat,  apalagi  daerah  Jagoi   juga cukup unik. Adil yang dulunya berprofesi
            Babang mayoritas suku Dayak,  Adil selalu   sebagai juru parkir itu hanya ingin memperoleh
            menyapa dan menegur mereka dengan bahasa   penghasilan  yang halal  untuk membantu
            setempat,  sehingga yang ditegur tidak marah   keluarga,  dan  profesi  itu  dia  kerjakan  dengan
            dan tersinggung.  Tidak  mudah  menjelaskan   setulus hati.  Padahal  saat itu  Adil anak ke
            tugas dan fungsi Bea Cukai kepada penduduk   delapan dari sembilan bersaudara ini sudah lulus
            setempat, tetapi Adil dengan pendekatan bahasa   SMA,  tapi karena gagal masuk Secaba Polri,
            dan  budaya  dapat  lebih  mudah  memberikan   apapun pekerjaan yang penting halal terpaksa
            pemahaman  dan pengertian  yang saling tidak   dilakoninya  seperti juru parkir, kuli bangunan
            merugikan kedua belah pihak.             dan pembuat janur untuk perkawinan.

            Bahkan,  pria  yang  senang  memakai  gelang   Sebagai juru parkir yang rata-rata dikerjakan para
            akar bahar ini merasa  beruntung memiliki   orang tua, Adil juru parkir muda ini tidak merasa
            nama Adil Rianto, karena arti namanya sesuai   malu  dan ingin  berbuat  sesuatu supaya orang
            dengan semboyan orang Dayak, “Adil ka’talino,   memberikan uang parkir tidak dengan cemberut
            ba’caramin ka surga, be’ sengat kajubata,”   tetapi dengan senang hati dan tersenyum. Yang
                                                     dia lakukan hanya sederhana, membantu ibu-ibu



                                                    Volume 50, Nomor 8, Agustus 2018 - Warta Bea Cukai | 33
   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40