Page 9 - MH THAMRIN TOKOH BETAWI PAHLAWAN NASIONAL
P. 9
9
Thamrin tak hanya bekerja di balik meja. Bersama Koesoemo Oetojo, ia turun
langsung mengunjungi para kuli di Sumatera Timur yang kaya akan tembakau Deli.
Lalu ke Sawahlunto, yang merupakan daerah penghasil batubara di Sumatera Barat.
Pada 27 Januari 1930, Thamrin menyampaikan hasil perjalanannya. Soal Poenale
Sanctie yang kejam itu tak hanya dipermasalahkan oleh Thamrin atau Koesoemo
Oetojo di Volksraad, tetapi juga di luar negeri. Di Eropa dan Amerika muncul
ancaman boikot terhadap tembakau-tembakau dari Deli. Tekanan luar negeri inilah
yang berhasil menekan pemerintah kolonial, yang takut tembakaunya tak terjual
dan tidak ada pemasukan pajak lagi dari tembakau.
Kemenangan Thamrin yang lain adalah menggagalkan Ordonansi Sekolah Liar yang
dikeluarkan pada 27 September 1933. Akibat ordonansi tersebut, sekolah-sekolah
swasta macam Taman Siswa milik Ki Hajar Dewantara terancam karena dianggap
bisa mengganggu ketenteraman dan ketertiban (rust en orde).
Bagi Thamrin, sekolah swasta dan para gurunya itu tidaklah berbahaya. Bersama
tokoh-tokoh pergerakan lain seperti Sam Ratulangi, Ki Hajar Dewantara, dan
lainnya, Husni Thamrin berusaha melawan. Tanpa sekolah-sekolah swasta tersebut,
anak-anak pribumi menjadi makin sulit mendapat akses pendidikan dan
nasionalisme tak bisa diwarisi melalui sekolah-sekolah tersebut. Pada 1 April 1934,
berkat usaha Thamrin dan kawan-kawan, ordonansi itu akhirnya dicabut.
Tak selamanya Husni Thamrin menang. Dalam Petisi Soetardjo 1935, Thamrin dan
para pengaju petisi tersebut dikalahkan. Di akhir hidupnya, Thamrin dianggap
semakin keras pada pemerintah kolonial. Dia dicurigai dekat dengan Jepang, yang
sudah menabur mata-mata di Indonesia.
Dalam buku yang ditulis Bob Hering, Mohammad Hoesni Thamrin: Membangun
Nasionalisme Indonesia (2003), Thamrin sering menyebut "Djintan", akronim dari
"Djepang Itu Nanti Taklukkan Antero Nederland. Maksudnya, Jepang akan segera
menguasai Hindia Belanda.
Gara-gara akronim itu, dia diawasi polisi rahasia Belanda. Thamrin bahkan
dikenakan tahanan rumah hingga meninggal mendadak pada 11 Januari 1941, tepat
hari ini 77 tahun silam. Ia kemudian dimakamkan di Karet.
Berselang satu tahun setelah Thamrin meninggal, ramalannya soal Djintan benar-
benar terjadi. Belanda menyerah kalah kepada Jepang pada 8 Maret 1942 di Kalijati,
Subang. Sesudah Jepang kalah, kawan-kawan perjuangan Thamrin seperti Sukarno,
Ki Hajar Dewantara, dan Ratulangi mendirikan Republik Indonesia.
(Sumber https://tirto.id/husni-thamrin-pahlawan-betawi-yang-berjuang-di-volksraad-bUVr)