Page 24 - C:\Users\danang\Documents\Flip PDF Professional\BUKU-TUNAS-PANCASILA\
P. 24
TUNAS PANCASILA
agar mimpi memiliki negara yang berdaulat segera Toto K. Rahardjo & Suko Sudarso, 2006). Imajinasi
terwujud. Tidak mungkin momentum tersebut jatuh tentang kemerdekaan begitu bergelora pada masa-
dari langit begitu saja, kecuali dari usaha dan ikhtiar masa permulaan abad 19 dalam suasana penjajahan
tiada henti dari perjuangan kemerdekaan jauh-jauh Belanda di kalangan pemikir bangsa. Perasaan
hari. untuk merdeka dari penjajahan menuntut mereka
memberikan visi tentang bagaimana seharusnya
Kelahiran merupakan salah satu bagian dari siklus menjadi negara yang merdeka.
kehidupan. Kelahiran menandai fase perubahan
dari sesuatu yang potensial menjadi aktual manifes. Ketika Belanda dikalahkan Jepang, bangsa
Begitu pula dengan Pancasila yang lahir melalui Indonesia hanya menyaksikan pergantian majikan.
rahim ibu pertiwi. Yudi Latif memberikan penjelasan Karena tuntutan untuk mendapatkan simpati dari
perumpamaan kelahiran Pancasila melalui fase bangsa Indonesia, Jepang menebar propaganda
pembuahan, fase perumusan, dan fase pengesahan yang mempesona dengan menyebut dirinya
(Yudi Latif, 2015). sebagai saudara tua hingga janji untuk memberikan
kemerdekaan. Dalam konteks ini dapat dipahami
Melalui fase pembuahan, Pancasila digambarkan bahwa keberadaan negara sebagai entitas
sebagai gagasan yang dimulai dari kesadaran sejarah yang berdaulat untuk mengatur dirinya sendiri
yang muncul sejak Indonesia belum merdeka. merupakan kondisi umum. Bangsa tidak akan
Pancasila bukan lahir tiba-tiba begitu saja, tetapi bersatu tanpa adanya negara, negara tidak akan
erat kaitannya dengan perjuangan jauh sebelumnya kuat tanpa persatuan dan solidaritas bangsa. Fase ini
atas cita-cita menjadi bangsa yang merdeka dan masuk pada perumusan negara yang di dalamnya
berdaulat. Batas kesejarahan pada fase ini dapat berdasarkan Pancasila.
dirujuk kepada memori yang dekat ataupun yang
jauh. Memori yang jauh dapat dihubungkan seperti Dasar negara merupakan ketentuan fundamental
halnya leluhur kita yang selalu berdoa agar anak yang di atasnya segala perbedaan disatukan dan
keturunannya kemudian menjadi manusia yang dikembalikan. Syarat-syarat mendirikan sebuah
berguna. Sementara memori yang dekat terkait negara memerlukan kesepakatan bersama. Tanpa
dengan patok-patok sejarah berdasarkan catatan kesepakatan tersebut telah terbayang bagaimana
dan dokumen sejarah yang otentik. ringkihnya mendirikan suatu negara yang akan
menyatukan segenap elemen yang berbeda-beda.
Sejarah Pancasila yang tercatat, meminjam Yudi Hal inilah yang dibahas dalam sidang-sidang
Latif, merujuk sejak 1924 tatkala Perhimpunan BPUPK. BPUPK didirikan pada 29 April 1945 atas
Indonesia (PI) di Belanda merumuskan konsepsi janji Jepang bahwa Indonesia akan diberikan
bahwa tujuan kemerdekaan politik haruslah kemerdekaan dan beranggotakan 69 orang yang
didasarkan pada empat prinsip: persatuan Nasional, dipimpin oleh Radjiman Wediodiningrat (Yudi Latif,
solidaritas, non-kooperasi, dan kemandirian. Tan 2015: 9). Persidangan BPUPK dilaksanakan dalam
Malaka menuliskan manifestonya melalui buku dua tahap, tahap pertama tanggal 29 Mei 1945
Naar de Republiek Indonesia (Menuju Republik hingga 1 Juni 1945 dan tahap kedua tanggal 10
Indonesia) pada tahun yang sama. Tjokroaminoto Juli 1945 hingga 17 Juli 1945 (“Lahirnya Pancasila”,
juga mulai mengungkapkan gagasan sintesis Islam, 1947). Secara formal, bangsa Indonesia telah
sosialisme dan demokrasi. Hingga kemunculan menunjukkan kemampuan untuk menentukan
“Sumpah Pemuda” pada tanggal 28 Oktober 1928 nasib sendiri melalui rembukan nasional melalui
yang monumental (Yudi Latif, 2015: 5-8). Pada BPUPK. Dan deklarasi penentuan nasib sendiri itu
tahun yang berdekatan 1926 Soekarno menulis diwujudkan melalui Proklamasi kemerdekaan 17
tentang “Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme” Agustus 1945 atas kejeniusan dan kecerdasan para
yang mengupas tentang tiga sintesis gagasan pendiri negara melihat perkembangan yang terjadi
besar menuju persatuan Indonesia. Disusul di saat itu.
media yang sama Suluh Indonesia Muda tahun 1928
Soekarno juga menulis tentang “Indonesianisme
dan Pan-Asiatisme” yang mengungkap tentang
pergolakan bangsa Asia atas penjajahan (Iman
10