Page 27 - C:\Users\danang\Documents\Flip PDF Professional\BUKU-TUNAS-PANCASILA\
P. 27
Setelah Soekarno menguraikan tentang Philosofische
Grondslag dalam bentuk Kebangsaan Indonesia,
Internasionalisme/Perikemanusiaan, Mufakat/
Demokrasi, Kesejahteraan Sosial, dan Ketuhanan
yang Berkebudayaan, maka dia menyebutkan
penamaannya dengan Panca Sila. Katanya,
“... Saudara-saudara ‘Dasar-dasar Negara’ telah saya
usulkan. Lima bilangannya. Inikah Panca Dharma?
Bukan! Nama Panca Dharma tidak tepat di sini. Dharma
berarti kewajiban, sedang kita membicarakan dasar. Saya
senang kepada simbolik. Simbolik angka pula. Rukun Islam
lima jumlahnya. Jari kita lima setangan. Kita mempunyai
Panca Indera. Apa lagi yang lima bilangannya?
(Seorang yang hadir: Pendawa lima).
Pendawa pun lima orangnya. Sekarang banyaknya prinsip;
kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan
dan ketuhanan, lima pula bilangannya. Namanya bukan
Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk
seorang teman kita ahli bahasa namanya ialah Panca Sila.
Sila artinya azas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah
kita mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi…”
(“Lahirnya Pancasila”, 1947: 35).
Setelah sidang 1 Juni 1945 tersebut kemudian
dibentuklah Panitia Kecil guna menindaklanjuti hasil
persidangan BPUPK. Menurut Yudi Latif, Panitia
Kecil yang dimaksud sebagai keputusan Sidang
BPUPK berbeda dengan Panitia Kecil yang dikenal
dengan Panitia Sembilan yang akan melahirkan
Piagam Jakarta. Meskipun tetap ketua panitia kecil
tersebut dipimpin oleh Soekarno. Panitia kecil yang Mohammad Hatta memberikan penuturan lebih
dinamakan dengan Panitia Sembilan bertugas untuk lanjut atas peristiwa Piagam Jakarta tersebut.
menyusun rancangan Pembukaan Undang-Undang Menurutnya,
Dasar Negara Republik Indonesia yang di dalamnya
termuat dasar negara (Yudi Latif, 2015: 21-23). “... Sesudah itu sidang mengangkat suatu Panitia kecil
Hasilnya adalah perbaikan sila-sila yang ada dalam untuk merumuskan kembali Pancasila yang diucapkan
pidato Pancasila 1 Juni 1945 menjadi Ketuhanan Bung Karno itu. Di antara Panitia kecil itu dipilih lagi
dengan menjalankan syariat Islam bagi pemeluk- sembilan orang yang akan melaksanakan tugas itu, yaitu:
pemeluknya, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Mr. A.A. Maramis,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh Abikusno Tjokrosoejoso, Abdulkahar Muzakir, H.A. Salim,
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ Mr. Ahmad Soebardjo, Wahid Hasjim, Mr. Muhammad
perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Yamin.
Indonesia.
.... Pada tanggal 22 Juni 1945 pembaruan rumusan
13 TUNAS PANCASILA