Page 23 - PC MARET 2021
P. 23

Cernak























                 “Nggeh,”  jawabku singkat.             beristirahat. Aku tidur dengan ayahku.
                 Mendengar  jawabanku,  Refan  sangat        Seminggu  penuh  aku  di  rumah  nenek,
            senang. Ia pun berlari girang.              waktu  liburanku  telah  usai.  Aku  pun
                 “Dek  Refan  ampun  mlajar-mlajar,     berpamitan untuk pulang ke Pemalang.
            m b o k a n   w o n t e n   m o t o r , ”   k a t a k u   “Mas  Bilal,  mengko  nek  liburan  dolan
            mengingatkan.                               mengeneh  maning  ya.”  Pinta  Refan  dengan
                 “Ra  papa,  sepi  iki,”  balas  Refan  masih   wajah polosnya.
            berlari-lari kecil.                              “Nggeh, Dek Refan,” balasku.
                 O r a n g - o r a n g   y a n g   m e n d e n g a r   Refan  tampak  sangat  senang,  namun
            percakapan  kami,  mungkin  heran.  Karena   juga tampak sedih karena aku harus pulang.
            kami  menggunakan  bahasa  yang  berbeda,        “Kapan-kapan gentosan dek Refan seng
            tapi kami bisa paham satu sama lain.        dolan  mrika,  kersane  sumerep  griyone  mas
                 Setelah  lama  bermain,  kami  pulang  ke   Bilal.” Ujar ayah.
            rumah.  Nenek  pun  menyuruh  kami  untuk        Refan mengangguk.
            mandi. Seperti kebiasaan kami bila bertemu,      Setelah  itu,  kami  pulang  ke  Pemalang.
            pasti kami selalu bermain air saat mandi.   Senangnya bisa berkunjung ke rumah nenek.
                 “Dek Refan, ampun kados niku. Mangke   Mengunjungi nenek dan juga bermain dengan
            teles  sedoyo,  mangke  didukani  Mbah  Uti.”   Refan.  Ini  adalah  pengalaman  yang  selalu
            Untuk  kesekian  kali,  aku  mengingatkan   menyenangkan.
            Refan. Namun yang diingatkan seolah tidak        Walaupun kami berbeda logat Bahasa,
            terlalu peduli.                             kami tahu apa yang kami bicarakan. Itulah
                 “Ora  papa,  gampang  dilap,”  jawab   uniknya  persaudaraan  kami.  Kami  memang
            Refan.                                      berbeda,  akan  tetapi  perbedaan  itu
                 “Cepetan mandinya, jangan main air!”   mempererat tali persaudaraan. Contoh bukti
            tiba-tiba,  nenek  berkata  dari  balik  pintu.   nyata  Indonesia  beragam  budaya.  Aku
            Beliau pasti tahu ulahku dan Refan.         bangga menjadi anak Indonesia.
                 “Nggih,” jawabku cepat.
                 Setelah  mandi  dan  berganti  pakaian,                        Oleh: Alky Ardhana
            nenek  menyuruh  kami  untuk  makan.  Hari               Kelas 4, SDN 02 Karangtengah,
            menjelang malam. Setelah makan kami pun                         Ampelgading, Pemalang


                                                                                              23
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28