Page 27 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 APRIL 2021
P. 27

Badan  Penyelenggara  Jaminan  Sosial  (BPJS)  Ketenagakerjaan  atau  BP  Jamsostek  berjanji
              membuat proses klaim dari sebelumnya selama 5-10 hari menjadi hanya sehari. Hal itu bakal
              diwujudkan melalui simplifikasi proses pengajuan klaim yang saat ini sarat akan dokumen.

              Direktur  Utama  BP  Jamsostek  Anggoro  Eko  Cahyo  menyampaikan,  manajemen  baru  telah
              mengidentifikasi permasalahan yang ada yang kemudian lahir lima prioritas untuk memperbaiki
              aspek kepesertaan, pelayanan, dan investasi di BP Jamsostek Salah satu dari permasalahan yang
              terdeteksi adalah lamanya proses klaim.

              "Kami akan mengupayakan klaim bisa same day services. Itu merupakan hal yang baru bagi
              peserta. Kalau klaim itu sebelumnya 5-10 hari, maka nanti bisa same day services," kata Anggoro
              di depan Komisi IX DPR RI saat Rapat Kerja (Raker), pekan lalu.

              Dia menerangkan, saat ini peserta harus lebih dulu menyerahkan dan melengkapi persyaratan
              setidaknya lewat 14 dokumen. Setelah itu, barulah peserta bisa memperoleh klaimnya.

              "Jadi  secara  internal  kami  melakukan  simplifikasi,  pengurangan  dokumen,  yang  sebelumnya
              klaim itu butuh 14 dokumen, itu akan kami simplifikasi. Tentu belum dilihat di ruangan ini (DPR).
              Dengan itikad baik, kami minta waktu untuk kami memperbaiki beberapa proses fundamental di
              kepesertaan, di pelayanan, dan diinvestasi," kata Anggoro.

              Dia juga memastikan, permasalahan pelayanan klaim saat ini tidak ada kaitannya dengan defisit
              atau  unrealize  loss  pada  BP  Jamsostek.  Kedua  hal  itu  memiliki  permasalahan  yang  berbeda
              Karena lamanya klaim disebabkan karena proses dan persyaratan cukup banyak. Sedangkan
              unrealized  loss  yang  disebut  sebesar  Rp  23  triliun  merupakan  risiko  investasi  Lagipula,  kata
              Anggoro, likuiditas BP Jamsostek sangat cukup untuk membayarkan klaim para peserta.

              Data BP Jamsostek mencatat, sepanjang tahun 2020 total pembayaran klaim meningkat sebesar
              20,01% secara year on year (yoy) atau mencapai Rp 36,5 triliun. Klaim untuk Jaminan Hari Tua
              0HT) mencapai Rp 33,1 triliun untuk 2,5 juta kasus.
              Lebih lanjut, klaim program Jaminan Kematian (J KM) sebanyak 34,7 ribu kasus dengan nominal
              sebesar  Rpl,35  triliun.  Kemudian  klaim  Jaminan  Kecelakaan  Kerja  0KK)  sebanyak  221,7  ribu
              kasus atau sebesar Rpl,55 triliun. Serta klaim Jaminan Pensiun (JP) sebanyak 97,5 ribu kasus
              atau mencapai Rp 489,47 miliar.
              Kepesertaan

              Selain  masalah  klaim,  sambung  Anggoro,  permasalahan  lainnya  adalah  terkait  menjangkau
              target 10 juta peserta aktif sampai akhir tahun ini. Sejumlah permasalahan itu akan ditangani
              manajemen baru BB Jamsostek melalui lima prioritas utama.

              Pertama, kemudahan daftar dan bayar iuran. Anggoro menyampaikan, saat ini jumlah pekerja
              di Indonesia mencapai 137 juta, dan setidaknya 90 juta pekerja menjadi potensi peserta BP
              Jamsostek. Adapun sampai per Februari 2021, jumlah peserta BP Jamsostek mencapai 48,6 juta,
              tapi hanya sebanyak 27,75 juta peserta aktif atau mencakup 57,11%.

              Dia merinci, dari 48,6 juta peserta, ada 81% dari segmen pekerja penerima upah (PPU) atau
              sebanyak 39,5 juta peserta. Diikuti pekerja jasa konstruksi 5,4 juta atau 11%, dan pekerja bukan
              penerima upah sebanyak 3,2 juta atau 6,6%, serta pekerja migran sebanyak 0,72% atau 350
              ribu.

              "Total pekerja aktif 2019 mencapai 34,17 juta, lalu di Desember 2020 turun menjadi 29,98 juta,
              di Februari 2021 turun menjadi 27,7 juta. Kami mendapatkan target tahun ini harus mencapai
              37 juta. Jadi tugas kami dalam sembilan bulan ke depan untuk mengakselerasi jumlah tenaga
              kerja aktif sebanyak 10 juta," ungkap Anggoro.

                                                           26
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32