Page 31 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 APRIL 2021
P. 31

BP JAMSOSTEK JANJI BUAT PROSES KLAIM CUMA SEHARI

              JAKARTA, - Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan atau BP Jamsostek
              berjanji membuat proses klaim dari sebelumnya 5-10 hari menjadi hanya sehari. Hal itu bakal
              diwujudkan melalui simplifikasi proses pengajuan klaim yang saat ini sarat akan dokumen.

              Direktur  Utama  BP  Jamsostek  Anggoro  Eko  Cahyo  menyampaikan,  manajemen  baru  telah
              mengidentifikasi permasalahan yang ada yang kemudian lahir lima prioritas untuk memperbaiki
              aspek kepesertaan, pelayanan, dan investasi di BP Jamsostek. Salah satu dari permasalahan
              yang terdeteksi adalah lamanya proses klaim. "Kami akan mengupayakan klaim bisa same day
              services. Itu merupakan hal yang baru bagi peserta. Kalau klaim itu sebelumnya 5-10 hari, maka
              nanti bisa same day services," ujar Anggoro di depan Komisi IX DPR RI saat Rapat Kerja (Raker),
              pekan lalu.

              Dia menerangkan, saat ini peserta harus lebih dulu menyerahkan dan melengkapi persyaratan
              setidaknya lewat 14 dokumen. Setelah itu, barulah peserta bisa memperoleh klaimnya. "Jadi
              secara internal kami melakukan simplifikasi, pengurangan dokumen, yang sebelumnya klaim itu
              butuh 14 dokumen, itu akan kami simplifikasi. Tentu belum dilihat di ruangan ini (DPR). Dengan
              itikad  baik,  kami  minta  waktu  untuk  kami  memperbaiki  beberapa  proses  fundamental  di
              kepesertaan, di pelayanan, dan diinvestasi," kata Anggoro.

              Dia juga memastikan, permasalahan pelayanan klaim saat ini tidak ada kaitannya dengan defisit
              atau unrealize loss pada BP Jamsostek. Kedua hal itu memiliki permasalahan yang berbeda.
              Karena lamanya klaim disebabkan karena proses dan persyaratan  cukup banyak. Sedangkan
              unrealize  loss  yang  disebut  sebesar  Rp  23  triliun  merupakan  risiko  investasi.  Lagipula,  kata
              Anggoro, likuiditas BP Jamsostek sangat cukup untuk membayarkan klaim para peserta.

              Data BP Jamsostek mencatat, sepanjang tahun 2020 total pembayaran klaim meningkat sebesar
              20,01% (yoy) atau mencapai Rp 36,5 triliun. Klaim untuk Jaminan Hari Tua (JHT) mencapai Rp
              33,1 triliun untuk 2,5 juta kasus.

              Lebih lanjut, klaim program Jaminan Kematian (JKM) sebanyak 34,7 ribu kasus dengan nominal
              sebesar Rp1,35 triliun. Kemudian klaim Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) sebanyak 221,7 ribu
              kasus atau sebesar Rp1,55 triliun. Serta klaim Jaminan Pensiun (JP) sebanyak 97,5 ribu kasus
              atau mencapai Rp 489,47 miliar.

              Kepesertaan  Selain  masalah  klaim,  sambung  Anggoro,  permasalahan  lainnya  adalah  terkait
              menjangkau target 10 juta peserta aktif sampai akhir tahun ini. Sejumlah permasalahan itu akan
              ditangani manajemen baru BB Jamsostek melalui lima prioritas utama.

              Pertama, kemudahan daftar dan bayar iuran. Anggoro menyampaikan, saat ini jumlah pekerja
              di Indonesia mencapai 137 juta, dan setidaknya 90 juta pekerja menjadi potensi peserta BP
              Jamsostek. Adapun sampai per Februari 2021, jumlah peserta BP Jamsostek mencapai 48,6 juta,
              tapi hanya sebanyak 27,75 juta peserta aktif atau mencakup 57,11%.

              Dia merinci, dari 48,6 juta peserta, ada 81% dari segmen pekerja penerima upah (PPU) atau
              sebanyak 39,5 juta peserta. Diikuti pekerja jasa konstruksi 5,4 juta atau 11%, dan pekerja bukan
              penerima upah sebanyak 3,2 juta atau 6,6%, serta pekerja migran sebanyak 0,72% atau 350
              ribu. "Total pekerja aktif 2019 mencapai 34,17 juta, lalu di Desember 2020 turun menjadi 29,98
              juta,  di  Februari  2021  turun  menjadi  27,7  juta.  Kami  mendapatkan  target  tahun  ini  harus
              mencapai 37 juta. Jadi tugas kami dalam sembilan bulan kedepan untuk mengakselerasi jumlah
              tenaga kerja aktif sebanyak 10 juta," ungkap Anggoro.

              Dia menilai, rendahnya tingkat kepesertaan di antaranya adalah karena proses pendaftaran yang
              tidak  mudah.  Edukasi  juga  menjadi  masalah  tersendiri  terkait  kepesertaan.  Maka  untuk
              menjawab tantangan terkait kepesertaan, pihaknya perlu melakukan penyederhanaan proses
                                                           30
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36