Page 14 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 OKTOBER 2020
P. 14

Marwan mengatakan, pembahasan RUU Cipta Kerja antara DPR dan pemerintah terlalu tergesa-
              gesa.  Padahal,  pasal-pasal  yang  terdapat  dalam  RUU  itu  berdampak  luas  pada  kehidupan
              masyarakat.

              "Fraksi Partai Demokrat kembali menyatakan menolak RUU Cipta Kerja. Kami menilai banyak hal
              perlu dibahas kembali secara komprehensif," kata Marwan.

              Senada  dengan  itu,  anggota  DPR  dari  Fraksi  PKS  Amin  AK  menegaskan,  pihaknya  menolak
              pengesahan RUU Cipta Kerja dalam pengambilan keputusan tingkat II tersebut. Sebab, kata
              Amin, pembahasan RUU Cipta Kerja di tengah pandemi Covid-19 membatasi keterlibatan publik.

              Tak hanya itu, banyak pihak yang telah menyuarakan penolakan terhadap RUU Cipta Kerja.

              "Dengan memperhatikan itu semua, maka Fraksi PKS menyatakan menolak RUU Cipta Kerja
              untuk ditetapkan menjadi undang-undang," kata Amin.
              Adapun,  Fraksi  Partai  Demokrat  sempat  beberapa  kali  melakukan  interupsi  dan  meminta
              pimpinan  DPR  mempertimbangkan  untuk  menunda  pengesahan  RUU  Cipta  Kerja  dalam
              pengambilan keputusan tingkat II tersebut.

              Namun, kesempatan interupsi Fraksi Partai Demokrat tak diberikan lagi oleh Wakil Ketua DPR
              Azis  Syamsuddin.  Akibatnya,  Fraksi  Partai  Demokrat  memutuskan    walk  out    dari  Rapat
              Paripurna.

              "Kami  Fraksi  Partai  Demokrat  menyatakan    walk  out    dan  tidak  bertanggung  jawab,"  kata
              anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat Benny K Harman dalam Rapat Paripurna.

              Sementara itu, pemerintah yang diwakili Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan,
              alasan  pemerintah  membuat  RUU  Cipta  Kerja  adalah  untuk  memprioritaskan  program
              penanganan Covid-19. "Walaupun Partai Demokrat tidak ada lagi di sini, atau tidak hadir, penting
              kami  menyatakan  bahwa  undang-undang  ini  yang  menjadi  catatan,  untuk  memprioritaskan,
              program Covid-19," kata Airlangga.

              Airlangga menegaskan, proses pembahasan RUU Cipta Kerja sudah transparan terhadap publik.
              Selain itu, menurut Airlangga, pemerintah dan DPR sudah mengakomodasi kepentingan buruh
              di dalam RUU Cipta Kerja.

              "Yang mengutamakan hubungan tripatrit antara pemerintah, pekerja dan pengusaha dengan di
              keluarkannya jaminan, JKP atau jaminan kehilangan pekerjaan," ujar dia.

              Di sisi lain, serikat buruh merasa kecewa atas keputusan DPR yang tetap mengesahkan RUU
              Cipta Kerja menjadi undang-undang di tengah masa pandemi Covid-19. "Kami sangat kecewa
              sekali, kita marah, ingin menangis, ingin menunjukan ekspresi kita kepada DPR dan pemerintah,
              di tengah situasi seperti sekarang kok bisa melakukan upaya yang sangat jahat seperti ini," ujar
              Wakil Ketua Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI) saat dihubungi Kompas.com, Senin
              (5/10/2020).

              Menurut Jumisih, pengesahan RUU Cipta Kerja ini semakin meneguhkan keyakinan buruh dan
              masyarakat bahwa DPR dan pemerintah tidak berpihak kepada rakyat, tetapi hanyak berpihak
              kepada pemilik modal. Oleh karenanya, kata Jumisih, cita-cita bangsa Indonesia untuk menjadi
              sejahtera kian menjauh dari masyarakat.

              "Pemerintah sedang mewariskan kehancuran untuk generasi kita dan generasi akan datang. Jadi
              pemeritnah mewariskan bukan kebaikan, tapi kehancuran untuk rakyatnya sendiri, per hari ini,"
              ucap Jumisih.



                                                           13
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19