Page 37 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 OKTOBER 2020
P. 37

Masyarakat  banyak  menaruh  harapan  lahirnya  UU  Ciptaker  ini  akan  benar-benar  mampu
              mengoptimalkan  11  klaster  yang  menjadi  target  utama.  Sebelas  klaster  itu  adalah
              penyederhanaan  perizinan,  persyaratan  investasi,  ketenagakerjaan,  kemudahan  berusaha,
              pemberdayaan perlindungan UMKM dan perkoperasian, dukungan riset dan inovasi, administrasi
              pemerintahan, pengenaan sanksi, pengadaan lahan, kemudahan investasi dan proyek strategis
              nasional, serta kawasan ekonomi khusus.



              UU CIPTA KERJA HARUS JAMIN PACU EKONOMI

              Setelah dikebut lewat 64 kali rapat selama lima bulan, Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
              (RUU Ciptaker) kemarin disahkan. Kehadiran undang-undang (UU) baru dengan konsep lintas
              sektor (omnibus law) ini harus mampu menjawab tantangan bangsa, utamanya bidang ekonomi.

              Masyarakat  banyak  menaruh  harapan  lahirnya  UU  Ciptaker  ini  akan  benar-benar  mampu
              mengoptimalkan  11  klaster  yang  menjadi  target  utama.  Sebelas  klaster  itu  adalah
              penyederhanaan  perizinan,  persyaratan  investasi,  ketenagakerjaan,  kemudahan  berusaha,
              pemberdayaan perlindungan UMKM dan perkoperasian, dukungan riset dan inovasi, administrasi
              pemerintahan, pengenaan sanksi, pengadaan lahan, kemudahan investasi dan proyek strategis
              nasional, serta kawasan ekonomi khusus.
              Harapan besar itu tak berlebihan. Apalagi, dalam perjalanannya, RUU sapu jagat ini juga memicu
              polemik yang kencang dari berbagai kalangan. Bahkan hingga detik akhir saat disahkan dalam
              Rapat Paripurna di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, sore kemarin,
              sikap dua fraksi yang selama ini kencang melakukan penolakan, yakni Fraksi Partai Demokrat
              (FPD)  dan  PKS,  tetap  kukuh.  Rapat  paripurna  yang  dipimpin  cleh  Wakil  Ketua  DPR  Bidang
              Korpolkam dari Fraksi Golkar Azis Syamsudin pun diwarnai aksi walk out (WO) anggota FPD.

              Menko  Perekonomian  Airlangga  Hartarto  optimistis,  pengesahan  RUU  Cipta  Kerja  ini  akan
              katalisator  pertumbuhan  ekonomi  di  Indonesia.  Dalam  pandangan  pemerintah,  menurut
              Airlangga,  Indonesia  memiliki  potensi  untuk  bisa  keluar  dari  jebakan  negara  berpenghasilan
              menengah dengan adanya bonus demografi. Namun di balik itu, ada tantangan terbesar yakni
              bagaimana kesiapan Indonesia dalam menyediakan lapangan kerja dengan banyaknya aturan
              dan  regulasi  atau  hiper  regulasi.  "Kita  memerlukan  penyederhanaan,  sinkronisasi,  dan
              pemangkasan regulasi," katanya.
              Karena  itu,  diperlukan  perubahan  atau  revisi  beberapa  undang-undang  yang  menghambat
              pencapaian tujuan dan penciptaan lapangan kerja. Undang-undang tersebut sekaligus sebagai
              instrumen dan penyederhanaan serta peningkatan efektivitas birokrasi.

              Airlangga mengatakan, pemerintah telah melakukan kajian yang diperlukan untuk penciptaan
              lapangan  kerja,  kebutuhan  terhadap  regulasi  termasuk  mengevaluasi  undang-undang
              berdasarkan kajian tersebut di identifikasikan apa yang diperlukan dalam cipta kerja. "Dan ini
              mendapatkan dukungan dari fraksi-fraksi yang ada di DPR," katanya.
              UU Ciptaker terbagi menjadi 11 klaster. Pengelompokan persoalan dan inventarisasi tersebut
              dipandang cukup untuk mendorong agar memberikan perlindungan dan kemudahan bagi UMKM
              dan koperasi. Selain itu, bisa menciptakan lapangan kerja dan juga meningkatkan perlindungan
              kepada pekerja dan buruh.
              Pengamat  transportasi  dari  Unika  Soegijapranata  Semarang  Djoko  Setijowarno  mengatakan,
              pihaknya juga berharap UU Cipta Kerja mampu menampung semua persoalan kemudahan dalam
              berinvestasi.



                                                           36
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42