Page 605 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 OKTOBER 2020
P. 605

Mereka meminta DPR dan Pemerintah membatalkan RUU tersebut lantaran dianggap merugikan
              semua elemen masyarakat.
              "Meski  ditentang  oleh  banyak  kelompok  masyarakat,  pemerintah  dan  DPR  memaksakan
              pengesahan  RUU Omnibus Law  . Padahal jelas sudah bahwa setiap pasal-pasal dalam RUU
              Omnibus Law  justru menunjukkan negara mengabaikan hak rakyat untuk hidup bermartabat,"
              kata  Direktur  YLBHI  Asfinawati  dalam  pembacaan  sikap  FRI  dalam  siaran  daring,  Senin
              (5/10/2020).

              Asfina menjabarkan, bahwa RUU Omnibus Law tidak memberikan sedikit pun jaminan manfaat
              berkelanjutan bagi buruh, petani, nelayan, kaum perempuan, hingga masyarakat adat. Misalnya,
              proyek-proyek yang menghilangkan kesejahteraan petani dan nelayan.

              "Misalnya, proyek strategis nasional dalam bentuk pembangunan pelabuhan dan bandar udara
              internasional baru, diantaranya Bandara Kertajati Jawa Barat, Bandara Internasional Yogyakarta,
              Pelabuhan Internasional Kuala Tanjung, Pelabuhan Makassar New Port hingga destinasi wisata
              baru seperti Labuan Bajo yang abai pembangunan berkelanjutan dan menghabisi penghidupan
              nelayan dan petani," tuturnya.

              Kemudian, Asfina menyebut juga RUU Omnibus hanya mendukung penindasan dan kecurangan
              bagi kaum buruh. Jaminan pekerjaan layak dihilangkan karena outsourcing dan kontrak bisa
              semakin merajalela.

              "Upah  dan  pesangon  pun  tidak  mendapat  perlindungan,  sehingga  akan  semakin  banyak
              kesewenang-wenangan  pengusaha  nakal.  Omnibus  Law  memperburuk  perlindungan  hak
              perempuan buruh. Tidak dikenal cuti karena haid atau keguguran karena hanya menyebutkan
              cuti tahunan dan cuti panjang lainnya yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan
              atau perjanjian kerja bersama," tuturnya.

              Untuk itu, FRI menyampaikan sikapnya dengan mendesak DPR RI dan pemerintah membatalkan
              RUU Omnibus Law Cipta Kerja. Kawan-kawan di FRI menyatakan mosi tidak percaya.

              Setidaknya ada 4 sikap FRI dalam hal ini, berikut;.

              1. Mosi Tidak Percaya kepada DPR dan Pemerintah. Rakyat Menuntut Hentikan Pembahasan dan
              Batalkan  RUU  Omnibus  Law  Cipta  Kerja.  Pemerintah  dan  Parlemen  yg  telah  melakukan
              pengkhianatan kepada Rakyat & Konstitusi. Sikap keras kepala mengesahkan Omnibus Law Cipta
              Kerja tepat di saat rakyat dilanda kesusahan besar akibat Pandemi Covid-19 dan resesi ekonomi
              menunjukkan Pemerintah dan DPR telah menjadi antek penjajahan investor jahat dan koruptor.

              2. Kecaman Keras kepada Pemerintah dan Aparat Keamanan. Rakyat Indonesia menuntut segera
              dihentikannya  berbagai  bentuk  kriminalisasi  kepada  buruh  dan  rakyat  yang  akan  melakukan
              mogok  serta  demonstrasi  menolak  Omnibus  Law  Cipta  Kerja.  FRI  mengingatkan  bahwa
              berserikat, berkumpul, dan menyatakan pendapat dijamin oleh konstitusi, sehingga tidak boleh
              dihapuskan oleh niat jahat pemerintah dan DPR mengesahkan RUU Cipta Kerja yang hanya akan
              menghadirkan penjajahan gaya baru.

              3. Mengajak Masyarakat untuk semakin menyuarakan dan memperluas Mosi Tidak Percaya ini.
              Lakukan aksi-aksi baik di dunia maya mau pun dunia nyata untuk menggagalkan Omnibus Law
              dengan segala cara, lewat segala media. Termasuk mendukung rencana mogok massal buruh
              dan  mengajak  masyarakat,  termasuk  perempuan,  di  berbagai  daerah  dan  sektor  kehidupan
              (mahasiswa, tani, nelayan, kaum miskin kota dan desa) untuk mendukung pemogokan tersebut.

              4. Fraksi Rakyat Indonesia mengajak segenap rakyat Indonesia yang cinta akan kemerdekaan
              untuk tidak pernah berhenti melakukan perlawanan sampai RUU Omnibus Cipta Kerja dibatalkan.


                                                           604
   600   601   602   603   604   605   606   607   608   609   610